Langsung ke konten utama

Jogja, Wulan pulang! (Episode 2)


Wulan
"Aku ingin tinggal lebih lama disini, Damar." Kataku ketika motor damar melaju hendak menuju kosanku.
Damar kemudian membelokkan motornya ke arah yang berseberangan dengan kosku.
"Kamu mau kemana?" Aku memukul punggungnya dari belakang.
"Mengajakmu menikmati Jogja lebih lama. Mau kemana saja akan kuantarkan kau Dinda." Damar cekikikan dengan nada bercandanya
"Namaku Wulan bukan Dinda, siapa lagi itu si Dinda ?" Aku membalas candaannya.
"Aku sih jadi nggak heran kenapa kamu lulusnya nggak cumlaude, begituan aja nggak ngerti," Damar mengejekku.
Kemudian kami tertawa menikmati malam Kota Jogja.
"Eh jadi kemana?" Dia memelankan motornya.
"Mau pipis" sahutku dengan nada serius. "Eh beneran?" Tanyanya.
"Iya beneran. Kebelet ni."
"Yaudah cari pom bensin" Damar mulai menambah kecepatan motornya.
"Kan aku kebelet pipis, ngapain ke pom bensin?"
"Ya cari toilet di pom bensin maksudnya, dih kalau ini baru aku nggak habis pikir. Bisa gitu kamu lulus kuliah? Bego kok sampek DNA," Damar kembali mencemoohku dan menghubungkannya dengan kelulusanku. Aku mencubit lengannya kesal.
Setelah menemukan pom bensin dan aku sudah selesai dengan kebeletku. Damar mengajakku berkeliling Jogja kota. Melewati malioboro, nol km, alun-alun utara, alun-alun kidul hingga sampai ringroad utara mengantarkan kami berdua menemui jalan Kaliurang untuk mengantar aku pulang.
"Makasih" kataku pada Damar. "Siap boss cantiiik."
Aku hendak masuk ke dalam gerbang Kos sampai Damar tiba-tiba memanggilku "Lan"
"Ya?" Jawabku dengan perasaan yang tiba-tiba berbeda-beda. "Besok aku pulang, nggak tau akan bisa mengantarmu atau nggak ke Bandara. Hati-hati ya. Nanti vcall aja."
"Emangnya aku minta anteri?, banyak kali yang mau nganterin aku. Ojek online. Hahahaha" aku menyembunyikan perasaan kecewaku dengan tawa seadanya. "Udah santai aja, balik sana besok kesiangan kerja baru tau rasa." Aku menyuruhnya pulang segera, agar aku bisa menata perasaanku untuk tetap baik-baik saja.
Aku sedih jika Damar benar-benar tidak ikut mengantarku ke Bandara, tapi malam ini aku senang dia masih meluangkan waktunya untuk makan malam bersama dan berkeliling beberapa sudut kota istimewa.
Damar
"Aku kecewa kamu terlihat baik-baik saja lan." Damar menggerutu dalam hatinya.
"Ya sudah aku balik ya." Hanya kata itu yang keluar dari mulutku ketika kamu tertawa dan menyuruhku pulang segera.
Aku mengorbankan banyak hal agar malam ini terjadi Wulan. Aku meminta ijin pada ibu untuk menunda sehari kepulanganku. Sepulang dari susu pak Jangkung, tengah malam itu aku langsung menghubungi ibu. Aku harap aku tidak berbohong padanya, aku bilang ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Pekerjaan itu adalah tentang hatiku padamu, Wulan. Beruntung ibu mengijinkannya. Padahal kau tau Wulan? Ibu sedang sakit dan aku begitu tega menunda pulang untuk menemanimu malam ini. Semoga aku dimaafkan Tuhan. Malam ini pula, harusnya aku menginput data untuk tugas kantorku. Harus dikumpul sebelum pukul 12 malam, tapi aku tidak mempedulikannya. Tak apa, aku sudah siap dengan segala konsekuensinya. Aku cukup bersyukur bisa bersamamu malam ini, ya meski aku tidak melihat kekecewaan di wajahmu ketika aku tak bisa mengantarmu. Malam ini mengelilingi Jogja cukup bagiku, menambah satu cerita yang bisa aku ingat nantinya. Aku harap malam ini bisa terjadi lagi Wulan, kalau bisa setiap malam datang. Tapi sayang, aku tidak tau kapan dan apakah bisa diulang?
Wulan, maaf aku tidak cukup yakin untuk mengatakan tentang hatiku. Aku terlalu pengecut untuk mengatakannya padamu. Aku rasa kau  tidak memiliki rasa yang sama seperti yang aku rsakan padamu, aku cukup bisa membacanya. Baiklah Wulan, Jogja mungkin sudah selesai dengan kita. Terima kasih telah menjadi bagian dari cerita. Semoga kau selalu baik-baik saja dan kita bisa kembali berjumpa. Soal perasaanku, aku akan berusaha keras untuk membenahinya. Segera.
Hpku berbunyi, sebuah pesan dari Wulan masuk ke WhatsAppku.
"Damar, makasih ya. Hehe. Makasih juga sudah sangat baik padaku selama di Jogja sampai malam ini tiba. Besok pulangnya tiatii ya boss. Salam buat ibu"
Ah, Wulan. Kenapa kamu harus menghubungiku? Harusnya kamu tunda saja sampai kepulanganmu. Hatiku sedang tidak baik-baik saja dan aku sedang berusaha untuk memperbaikinya. Aku kenudian hanya membalas dengan emoticon senyum saja, setelahnya aku matikan paket dataku dan kembali mencoba berdamai dengan hatiku.
Rasanya seperti sesuatu yang tidak bisa aku tebak, seperti pernuh tanda tanya. Ada apa? kenapa, bagaimana, dan lainnya. Pertanyaan yang seolah tidak mendapatkan jawabannya. Apakah semua orang yang merasa nyaman tapi tidak bisa mengatakannya, merasakan hal yang sama?
Ah entahlah. Selamat malam, Wulan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah masa tanpa nama

Assalamualaikum. Hari ini, aku nggak sibuk. Abis belajar ngulang materi kuliah aku memutuskan untuk menulis. Menulis apa ? menulis apapun... Entahlah..seolah memasuki sebuah portal aku terseret ke masa ini. Masa dimana tiba-tiba aku telah menjadi sebesar ini padahal serasa baru kemaren aku belajar berjalan, belajar naik sepeda dan aku rasa baru kemaren juga aku belajar membaca dan bermain sesuka hatiku. Lalu tiba-tiba aku tersadar aku telah berada pada posisi ini, posisi dimana permainan masa kecil itu kini menghilang, kegiatan bersantaiku sirna dan candaan serta tawaku berkurang. Entah masa apa ini namanya..sedikit membuatku jenuh. Masa ini membuat otakku seolah ada yang mengendalikan, memaksanya untuk melakukan sesuatu yang tidak sedikit malas dikerjakan. Masa ini berbeda, aku mulai sibuk dengan banyak kegiatan, waktu untuk diriku sendiri bahkan aku lupa mengaturnya. Pemikiran tentang bermain kini perlahan kadaluarsa, yang ada hanya bagaiamana masalah dalam hidupku dapat d...

Manusia yang tak pernah menyerah

Assalamualaikum… Kali ini aku nggak mau banyak cerita dengan banyak lelucon atau dengan nada santai. Aku merasa topic yang kali ini aku ceritain cukup serius. Ingin tau apa ? tentang bagaimana manusia-manusia yang tak pernah menyerah memperjuangkan mimpinya. Semalem tepat setelah pengumuman SBMPTN, aku merasa bahwa disinilah harusnya aku bener-bener bersyukur. Disaat banyak teman bahkan sahabatku sendiri bilang ke aku “Pe aku nggak lolos” sedangkan aku sendiri sudah santai karena aku sudah dapet universitas yang selalu aku sebut dalam doaku. Tapi sungguh jika aku tidak mensyukuri kemudahan yang Allah berikan itu, aku udah bener-bener keterlaluan. Aku nggak tau apa yang harus aku bilang ke temen bahkan sahabatku sendiri saat mereka cerita gimana usaha mereka untuk lolos di Universitas yang mereka tuju tapi pada akhirnya hasilnya gagal. Disitu aku Cuma bilang “Sabar ya”, udah itu doang nggak berguna banget kan aku jadi temen. Aku nggak bisa bener-bener ngerasain apa yang mereka ...

First Evaluation

Assalamualaikum.. Hahha oke yang title “Pulang perdana” sebenarnya itu late post sih, Hehe sekarang aku mau cerita tentang IP perdana..duh berat sih cerita IP perdana tapi biar jadi sebuah kisah aja,,cielah kisah ! :D Oke apa yang spesial dari IP perdana ? sebagai mahasiswa sains, IP itu aku pandang sebagai sesuatu yang sedikit menyeramkan. Tapi sedikit ya. Semester awal pertanyaan yang takut orang tanyakkan adalah “Berapa IPnya ? his pertanyaan ini tu nusuk banget..haha pasalnya bagi mahasiswa mipa ip itu kayak penentu kecerdasan gitu, tapi sebenarnya menurutku itu pandangan yang salah. Eits bukan berarti IP nggak penting loh ya.. Oke liat nilai-nilai yang keluar satu-satu di portal akademik itu lumayan menegangkan bagi mereka yang sedikit mementingkan IP ya oke aku akui termasuk aku. Karena kenapa ? karena setelah nilai itu muncul benar-benar diluar dugaan matkul yang kita kira bakal dapet A ternyata dapat C dan yang kita kira dapet C eh dapet B. Duh...tapi alhamdulillah Ip ...