Surat untuk nenek, yang entah dibaca atau tidak akan akan tetap menuliskannya. Nek, engkau orang pertama yang memberi pemahaman tentang kehilangan dari jarak yang berjauhan. Aku tidak pernah membayangkan, engkau pergi disaat aku jauh dan aku lupa kapan terakhir aku melihat wajahmu. Nek, menjadi anak rantau itu berat ya. Aku belajar banyak hal tentang hidup, salah satunya kehilangan. Aku yang tidak bisa menyentuh tubuhmu untuk sekedar menyiramkan air terakhir pada jasadmu, berdiri untuk sholat atas jasadmu, atau sekedar mengaji di samping jasadmu. Ini berat nek, sangat berat. Aku belum sempat mencium pipimu yg sudah tersisa kulit atau sekedar mengikatkan rambutmu yang sudah beruban. Nek, cucu macam apa aku nek ? Maaf ya Nek, kmren sebelum aku ke perantauan bukannya nenek masih sehat, aku selalu percaya nenek akan berumur lebih panjang. Nek, apakah sebelum engkau pergi engkau ingat ketika kau mengangkat tangan hendak memukulku saat aku naik pohon rambutan, atau sekedar melototiku