Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Percakapan tentang ibu

Aku sering mendengar cerita ayah bersama ibu, tentang perjuangan-perjuangan mereka. Andai percakapan penggalan2 itu aku rangkum dalam sebuah percakapan sederhana, seperti ini mungkin adanya. Tak dapat aku sampaikan semua, tapi cukup membuatku mengerti. Ayah : Adek tau kenapa ayah sangat mencintaimu ibumu ? Aku : Karena ibu, istri ayah ! Ayah : Ya tentu, ih padahal lagi serius Aku : Kenapa ? Ayah : Karena ibu yang mau menemani perjuangan ayah, sejak sebelum ayah punya gaji tetap, ibumu mau saja mempercayai hidupnya untuk mendampingi ayah. Dia wanita yang sangat sabar, sebelum seperti sekarang kami benar-benar mengerti arti berjuang. Siapa yg akan mau menikah dg seorang laki-laki yg belum mapan ? Tapi ibumu percaya, dia mau menemani ayah berjuang. Wanita yang menemani ayah dalam setiap keadaan , saat ayah tergopoh berjalan, ibumu yang membopong ayah, saat ayah jatuh, ibumu yang  membangunkan ayah, dan saat ayah dapat berjalan berjalan tegap, ibumu yang menggandeng tangan ayah. Sam

Si bungsu sakit, di rantaunya

Ketika seorang anak di tanah rantau sakit, sepertinya orangtua ingin mengeluarkan seluruh hal yang dimilikinya untuk memastikan bahwa anaknya baik-baik saja. Nah, seperti yang ayah dan ibuku lakukan. Seolah bersalah karena membuat mereka khawatir tapi menjadi sebuah pelajaran tersendiri untukku , sesuatu yang membuat aku berfikir "Apa ada alasan untuk mengecewakan seluruh perasaan yang mereka miliki" Sejak sabtu merasa pusing, anak bungsu ini bercerita kepada ayahnya melalui telepon "Yah, adek pusing"  "Pusing kenapa ? pusing skripsian apa pusing beneran ?" begitu katanya "Pusing beneran, kepalanya berat" "Ya sudah istirahat, jangan begadang berhenti jangan mikir dulu", dalam hati anak bungsunya bilang "Duh padahal otakku jarang buat mikir, wkwkwk 😂 Besok paginya si ayah menelfon lagi "Gimana ? sudah sembuh"  "Masih pusing, malah demam ini. Badannya sakit. Kepalanya berat suhu badannya tinggi"

Jogjakarta #Katamereka #Part1

Angkringan Lik Man, begitu nama angkringan yang terletak di sebelah barat stasiun tugu Jogjakarta ini. Tempat yang kemudian dipilih untuk bercerita tentang Jogja itu sendiri. Deret-deret angkringan dan lesehan sepanjang jalan itu masih renggang, masih sepi pengunjung, mungkin karena malam juga belum begitu larut. Lesehan dengan tikar tergelar di trotoar jalan dengan penerangan sebatas lampu jalan, rasanya cukuplah untuk menjadi tempat yang nyaman untuk berbincang. Masih ada yang kurang rasanya, mungkin suguhan makanan atau sedikit cemilan serta sebuah minuman akan membuatnya semakin nyaman. Baiklah, tambahkan segelas teh manis, segelas es tape, beberapa bungkus nasi kucing, beberapa tusuk sate-sate angkringan, dan beberapa gorengan. Rasanya sudah pas, percakapan sepertinya sudah dapat dimulai. Jogjakarta #Katamereka #Part1 Jogjakarta bagi seorang mantan mahasiswa yang akan segera pergi meninggalkan Jogja, apa katanya ? “Jogjakarta sudah sangat banyak membuat kenangan-kenan

Sekelompok pada malam, percakapan yang enggan selesai

Malam ketika jam sudah hampir menunjuk angka 9, beberapa mahasiswa dari 5 jurusan berbeda memilih untuk mengobrol santai dengan pesanan sesuai selera, ada yang memesan secangkir kopi susu yang tak diaduk sebelum diminum, segelas kopi coklat panas, segelas es teh, segelas susu panas serta segelas wedang jahe yang menghangatkan. Semua pesanannya berbeda tapi dalam hal tujuan mereka sama, ya sekedar ngobrol santai mengenai banyak hal.   Benar ternyata, pertemuan-pertemuan adalah percakapan panjang yang yang enggan untuk diselesaikan, yah andai Tuhan menciptakan waktu lebih dari 24 jam.             Aku menguping percakapan mereka, percakapan yang diawali dengan pertanyaan “Kenapa dalam suatu kelompok besar, akhirnya manusia memilih berteman dengan sebagian kecil saja, membentuk kelompok lain dan kemudian sedikit mengabaikan yang lain ?”. Permulaan percakapan yang cukup tidak basa-basi, enggan untuk memulai dengan pertanyaan apa definisi sebuah pertemanan ? Ya wajar saja sih, ini kan