Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Kenangan masa kecil yang baik (Part 2)

Mendidik seperti ibu mendidik Aku suka bingung untuk melanjutkan setiap “part” kenangan masa kecilku dari mana. Inginnya sih urut, tapi menulis sesuatu yang sengaja dipikirkan dengan sistematis malah membuatku tidak menghasilkan apa-apa, selain hanya keinginan agar ceritanya urut dan tertata. Makanya, aku memilih untuk menuliskan apapun yang tiba-tiba teringat dikepalaku. Tentang masa kecilku. Kali ini tentang ibu. Tentang bapak juga banyak kok. Tapi ibuk dulu ya pak. Hehe. Mendidik seperti ibu mendidik. Banyak hal yang kelak jika aku sudah menjadi ibu, aku ingin mentreatment anakku seperti ibu memperlakukanku.  Sederhana tapi begitu berkesan bagiku hingga saat ini. Dulu ketika aku masih sekolah dari SD, SMP sampai SMA, setiap kali mau Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester dan Ujian Nasional, ibu adalah orang yang juga akan menyiapkan banyak hal, mungkin maksudku banyak keperluan. Ketika jadwal ujian keluar, pulang sekolah aku akan bilang pada ibu “Adek uji

Kenangan masa kecil yang baik (part 1)

Setiap pagi pukul 04:30, ketika cahaya pagi saja belum mau menyapa bumi karena dingin yang menyerang, bapak dan ibu akan membangunkanku untuk sholat subuh. Waktu itu, ketika aku masih kecil, belum ada kamar mandi dirumah. Jadi, ibu dan bapak akan mengajakku ke sungai dekat rumah. Bapak membawa senter sedangkan aku dan ibu akan berjalan di depan. Terkadang, aku digendong oleh bapak di punggungnya. Biasanya kalau aku masih mengantuk. Di su ngai, ibu mengajariku ambil wudhu, sedangkan bapak akan langsung mandi di pagi dini hari itu, padahal di desaku dingin sekali. Setelahnya kami pulang, ibu memasangkan mukenaku, membenarkan rambutku agar tidak keluar dari mukenah, dan bapak akan mengimami sholat jamaah kami. Seusai salam, bapak akan memimpi doa dengan Bahasa arab yang sampai skrg pun aku cuma hafal beberapa bagian, yaitu ketika bapak menyebut nama-nama sesepuhku yang sudah meninggal. Kalau Aku pulang dari tanah rantau dan sholat jamaah sama bapak, sudah bisalah aku mengikutin bapak b

[Kajian Pranikah: Ketika Problematika Rumah Tangga Menyapa]

Hari ini, aku mau sharing isi kajian kajian pra-nikah pertemuan kedua yang aku hadiri tadi pagi nih. (Pertemuan pertamanyaa aku nggak dateng, hehe) Di usia dimana banyak teman seumuranku sudah menikah rasanya aku juga sudah perlu belajar dulu tentang ilmu pernikahan. Sebab segala sesuatunya kan ada ilmunya, apalagi pernikahan yang pelaksanaannya akan menyempurnakan separuh dari agama kita. Kajian tadi pagi membahas bagaimana sih manejemen konflik dalam rumah tangga. Aku tertarik menulisnya untuk ya sekedar sharing aja mungkin bisa bermanfaat untuk yang sudah menikah, yang akan menikah atau masih mau belajar seperti aku ini. Kajian 2 jam tadi nggak bisa ditulis semua nih, tapi beberapa InshaAllah akan aku sampaikan garis besarnya. Sebelum memulai, ada yang menurutku harus aku sampaikan yaitu “Carilah pasangan yang mengerti agama, karena mereka yang paham agama tau cara memuliakan pasangannya, tau bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya dalam rumah tangga” Dalam pernikahan past

Jogja, Wulan pulang! (Episode 2)

Wulan "Aku ingin tinggal lebih lama disini, Damar." Kataku ketika motor damar melaju hendak menuju kosanku. Damar kemudian membelokkan motornya ke arah yang berseberangan dengan kosku. "Kamu mau kemana?" Aku memukul punggungnya dari belakang. "Mengajakmu menikmati Jogja lebih lama. Mau kemana saja akan kuantarkan kau Dinda." Damar cekikikan dengan nada bercandanya "Namaku Wulan bukan Dinda, siapa lagi itu si Dinda ?" Aku membalas candaannya. "Aku sih jadi nggak heran kenapa kamu lulusnya nggak cumlaude, begituan aja nggak ngerti," Damar mengejekku. Kemudian kami tertawa menikmati malam Kota Jogja. "Eh jadi kemana?" Dia memelankan motornya. "Mau pipis" sahutku dengan nada serius. "Eh beneran?" Tanyanya. "Iya beneran. Kebelet ni." "Yaudah cari pom bensin" Damar mulai menambah kecepatan motornya. "Kan aku kebelet pipis, ngapain ke pom bensin?" "Ya

Jogja, Wulan Pulang !

Episode 1.... Jogjakarta adalah kota yang entah darimana asalnya selalu bisa menjadikan setiap yang datang menemuinya jatuh cinta. Menemui jogja dan menjalani banyak kisah disana adalah sebuah takdir Tuhan yang paling istimewa. Begitu pula bagi Wulan dan Damar. Dua orang anak manusia yang kemudian bertemu di Jogja dan kemudian diputuskan oleh Tuhan untuk menjalani banyak cerita. Wulan Waktuku dengan Jogja sudah selesai, tempat ini sudah sangat baik mau menerimaku selama 4 tahun lebih, membangun banyak cerita. Mempertemukanku dengan banyak manusia. Jogja sungguh adalah kota yang tidak bisa lagi aku rangkai dengan kata, dia adalah rasa-rasa yang pada setiap sudutnya aku titipkan cerita. “Damar, aku akan pulang tanggal 10 Desember nanti,” akhirnya aku berani memberitahu Damar tentang rencana kepulanganku ke Sumatera. “Oh iya? Cepet banget? Katanya kamu mau tinggal disini?” hanya itu respon yang Damar katakan. “Yah, ayah menyuruhku pulang. Aku sudah selesai dengan kota ini. G

Hidup dengan menulis

Aku menulis untuk diriku, untuk hatiku Aku menulis untuk membebaskan, perasaan-perasaan yang tidak bisa disuarakan Kadang pula, aku menulis sebagai hiburan belaka Menjelmakan khayalku menjadi rangkaian kata Aku menulis untuk tetap baik-baik saja Dari segala suka dan duka dunia Aku ingin tetap hidup, dari yang bisa aku tulis dan yang bisa aku baca setelahnya Menjadi manusia, yang mengingat tentang hidupnya -Anak Bungsu Hai guys, untungnya aku masih ingat ya sama Blog ini. Kalau blog ini rumah, udah banyak sarang laba-labanya kali ya. Wkwkwk. Gimana kangen aku nggak sih? Dih yang baca aja nggak ada. wkwk. Jadi, entah udah kali keberapa aku mau bilang kalau setelah ini aku mau aktif nge-blog lagi. Ya setidaknya tiap bulan aku isilah. Intinya mah sekarang aku mau nulis apa saja tanpa perlu mikir orang suka atau tidak. Aku benar-benar sedang percaya dengan istilah "Menulis untuk diri sendiri", soalnya aku jadi ngerasa bebas gitu. Nggak banyak memikirkan orang lain dan