Hari ini, aku mau sharing isi kajian kajian pra-nikah pertemuan kedua yang aku hadiri tadi pagi nih. (Pertemuan pertamanyaa aku nggak dateng, hehe)
Di usia dimana banyak teman seumuranku sudah menikah rasanya aku juga sudah perlu belajar dulu tentang ilmu pernikahan. Sebab segala sesuatunya kan ada ilmunya, apalagi pernikahan yang pelaksanaannya akan menyempurnakan separuh dari agama kita.
Kajian tadi pagi membahas bagaimana sih manejemen konflik dalam rumah tangga. Aku tertarik menulisnya untuk ya sekedar sharing aja mungkin bisa bermanfaat untuk yang sudah menikah, yang akan menikah atau masih mau belajar seperti aku ini.
Kajian 2 jam tadi nggak bisa ditulis semua nih, tapi beberapa InshaAllah akan aku sampaikan garis besarnya.
Sebelum memulai, ada yang menurutku harus aku sampaikan yaitu “Carilah pasangan yang mengerti agama, karena mereka yang paham agama tau cara memuliakan pasangannya, tau bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya dalam rumah tangga”
Dalam pernikahan pasti akan ada yang namanya konflik. Tidak mungkin tidak. Konflik pasti terjadi dalam suatu keluarga karena menikah itu menyatukan 2 orang berbeda, tentunya tidak mudah. Konflik bisa terjadi dari banyak faktor bahkan dari hal yang sederhana. Nah, akan dibahas 3 fase manajemen konflik nih biar tidak berkelanjutan dan rumah tanggan tetap aman dan tenteram.
1. Pra-Konflik
1. Niatkan menikah sebagai ibadah
2. Carilah pasangan yang memiliki visi, misi dan cara pandang yg sama dalam pernikahan
Maka sebelum menikah baiknya dibicarakan dulu nih, tujuan pernikahannya itu apa dan bagaimana akan menjalaninya. Kelak biarkan hal ini jadi penginngat satu sama lainnya jika konflik akan datang. Tapi bukankah visi paling utama dalam rumah tangga adalah saling menjaga agar angggota keluarga tidak jadi bahan bakar neraka? Maka jalankanlah pernikahan dengan aturan-aturan yang sudah Allah tentukan.
3. Memahami karakter pasangan masing-masing.
Saling terbuka nih sama pasangan, apa sih yang harus dilakukan kalau salah satu sedang marah. Penting sih untuk dibicarakan agar kelak sudah tau sikap jika salah satu sedang marah.
4. Memahami perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam cara pikir dan komunikasi.
Perempuan itu banyak menggunakan perasaan, sedangkan laki-laki itu banyak menggunakan logika. Susah dijelasinnya, intinya harus saling memahami cara menanggapi perbedaan pandangan antara keduanya.
2. Ketika Konflik
1. Redam emosi dan kemarahan dalam-dalam, tenangkan diri sendiri dulu. --> it's oke to be alone.
2. Kembalikan kepada motivasi dan visi berumah tangga.
Ingat kembali alasan menikah dan tujuan pernikahan itu apa. Apakah semua akan berantakan hanya sekedar satu kesalahan?
3. Laksanakan kesepakatan "langkah keluar konflik”.
Ingat kembali poin nomer 3 di Fase Pra-konflik
4. Jangan berpikir hitan putih, "Siapa yang salah dan siapa yang benar"
Jika masih merasa paling benar, simpan saja dulu sampai semua membaik dan baru dibicarakan. Keadaan tidak akan membaik jika keduanya merasa paling benar
5. Selesaikan oleh anda berdua. Jangan tunjukan pada anak karena anak itu peka dan akan mudah merekam peristiwa-peristiwa, yg tentu akan berbahaya untuk ke masa depannya.
3. Pasca-Konflik
1. Lupakan konflik dan jangan diungkit lagi
Terutama bagi wanita nih, yang suka mengingat masalah lain ketika muncul masalah baru. Semua masalah kemudian dikeluarkan semua. Oke stop do that.
2. Minta maaf dan maafkanlah pasangan
Bahwa saling memaafkan adalah kedamaian yang menenangkan.
3. Fokus melihat sisi kebaikan pasangan.
Jika pasangan melakukan kesalahan yang menjengkelkan, cobalah ingat lagi hal-hal baik yang sudah dia lakukan. Pasti akan lebih banyak ditemukan kebaikan daripada keburukannya bahkan jika hanya dihitung dari pagi hingga malam, apalagi dari awal pernikahan?
4. Berfikir positif (Sudah jelas dan tidak perlu dijelaskan)
5. Evaluasi (Jadikan konflik yg terjadi apapun itu sebagai bentuk ujian Allah kepada kita. Ujian jadikan ladang pahala agar semua yg ad dalam diri Kita tumbuh lebih baik lagi karena kesabaran kita, karena kelapangan hati kita, dan lain sebagainya)
Nah kalau dulu aku pernah dapat nasehat dari seorang ibu di kereta, salah sat cara manajemen konflik yang sering dia lakukan yaitu:
1. Pillow talk (mengobrol sebelum tidur tentang yang hari ini terjadi antar pasangan dan apa yang akan)
2. Meminta maaf (Si ibunya tiap malam minta maaf meski nggak ada salah lho, matep ga tuh)
3. Menyediakan waktu untuk berlibur bersama
Udah gitu aja sharingnya, kalau ada yang baca sampai akhir, Alhamdulillah. Hehe Enggak juga nggak papa, soalnya memang panjang. Coba bayangkan kalau suami istri sama-sama tau ilmu itu dan saling mempraktekannya nanti. Hmm tentramnya, hehe.
Di usia dimana banyak teman seumuranku sudah menikah rasanya aku juga sudah perlu belajar dulu tentang ilmu pernikahan. Sebab segala sesuatunya kan ada ilmunya, apalagi pernikahan yang pelaksanaannya akan menyempurnakan separuh dari agama kita.
Kajian tadi pagi membahas bagaimana sih manejemen konflik dalam rumah tangga. Aku tertarik menulisnya untuk ya sekedar sharing aja mungkin bisa bermanfaat untuk yang sudah menikah, yang akan menikah atau masih mau belajar seperti aku ini.
Kajian 2 jam tadi nggak bisa ditulis semua nih, tapi beberapa InshaAllah akan aku sampaikan garis besarnya.
Sebelum memulai, ada yang menurutku harus aku sampaikan yaitu “Carilah pasangan yang mengerti agama, karena mereka yang paham agama tau cara memuliakan pasangannya, tau bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya dalam rumah tangga”
Dalam pernikahan pasti akan ada yang namanya konflik. Tidak mungkin tidak. Konflik pasti terjadi dalam suatu keluarga karena menikah itu menyatukan 2 orang berbeda, tentunya tidak mudah. Konflik bisa terjadi dari banyak faktor bahkan dari hal yang sederhana. Nah, akan dibahas 3 fase manajemen konflik nih biar tidak berkelanjutan dan rumah tanggan tetap aman dan tenteram.
1. Pra-Konflik
1. Niatkan menikah sebagai ibadah
2. Carilah pasangan yang memiliki visi, misi dan cara pandang yg sama dalam pernikahan
Maka sebelum menikah baiknya dibicarakan dulu nih, tujuan pernikahannya itu apa dan bagaimana akan menjalaninya. Kelak biarkan hal ini jadi penginngat satu sama lainnya jika konflik akan datang. Tapi bukankah visi paling utama dalam rumah tangga adalah saling menjaga agar angggota keluarga tidak jadi bahan bakar neraka? Maka jalankanlah pernikahan dengan aturan-aturan yang sudah Allah tentukan.
3. Memahami karakter pasangan masing-masing.
Saling terbuka nih sama pasangan, apa sih yang harus dilakukan kalau salah satu sedang marah. Penting sih untuk dibicarakan agar kelak sudah tau sikap jika salah satu sedang marah.
4. Memahami perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam cara pikir dan komunikasi.
Perempuan itu banyak menggunakan perasaan, sedangkan laki-laki itu banyak menggunakan logika. Susah dijelasinnya, intinya harus saling memahami cara menanggapi perbedaan pandangan antara keduanya.
2. Ketika Konflik
1. Redam emosi dan kemarahan dalam-dalam, tenangkan diri sendiri dulu. --> it's oke to be alone.
2. Kembalikan kepada motivasi dan visi berumah tangga.
Ingat kembali alasan menikah dan tujuan pernikahan itu apa. Apakah semua akan berantakan hanya sekedar satu kesalahan?
3. Laksanakan kesepakatan "langkah keluar konflik”.
Ingat kembali poin nomer 3 di Fase Pra-konflik
4. Jangan berpikir hitan putih, "Siapa yang salah dan siapa yang benar"
Jika masih merasa paling benar, simpan saja dulu sampai semua membaik dan baru dibicarakan. Keadaan tidak akan membaik jika keduanya merasa paling benar
5. Selesaikan oleh anda berdua. Jangan tunjukan pada anak karena anak itu peka dan akan mudah merekam peristiwa-peristiwa, yg tentu akan berbahaya untuk ke masa depannya.
3. Pasca-Konflik
1. Lupakan konflik dan jangan diungkit lagi
Terutama bagi wanita nih, yang suka mengingat masalah lain ketika muncul masalah baru. Semua masalah kemudian dikeluarkan semua. Oke stop do that.
2. Minta maaf dan maafkanlah pasangan
Bahwa saling memaafkan adalah kedamaian yang menenangkan.
3. Fokus melihat sisi kebaikan pasangan.
Jika pasangan melakukan kesalahan yang menjengkelkan, cobalah ingat lagi hal-hal baik yang sudah dia lakukan. Pasti akan lebih banyak ditemukan kebaikan daripada keburukannya bahkan jika hanya dihitung dari pagi hingga malam, apalagi dari awal pernikahan?
4. Berfikir positif (Sudah jelas dan tidak perlu dijelaskan)
5. Evaluasi (Jadikan konflik yg terjadi apapun itu sebagai bentuk ujian Allah kepada kita. Ujian jadikan ladang pahala agar semua yg ad dalam diri Kita tumbuh lebih baik lagi karena kesabaran kita, karena kelapangan hati kita, dan lain sebagainya)
Nah kalau dulu aku pernah dapat nasehat dari seorang ibu di kereta, salah sat cara manajemen konflik yang sering dia lakukan yaitu:
1. Pillow talk (mengobrol sebelum tidur tentang yang hari ini terjadi antar pasangan dan apa yang akan)
2. Meminta maaf (Si ibunya tiap malam minta maaf meski nggak ada salah lho, matep ga tuh)
3. Menyediakan waktu untuk berlibur bersama
Udah gitu aja sharingnya, kalau ada yang baca sampai akhir, Alhamdulillah. Hehe Enggak juga nggak papa, soalnya memang panjang. Coba bayangkan kalau suami istri sama-sama tau ilmu itu dan saling mempraktekannya nanti. Hmm tentramnya, hehe.
Komentar
Posting Komentar