Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Seperti ini ayah menjagaku, tak akn pernah sehebat ibu

Ayah tidak pernah merasakan nak bagaimana rasanya terdapat manusia lain dalam tubuh selama 9 bulan, seperti yang ibumu rasakan. Ayah bahkan tidak tau apa yang sering membuat ibumu mual, pusing dan nggak nafsu makan di awal kehamilannya. Ayah hanya bisa menjaga ibumu setiap apa yang ibumu makan selama dia hamil, nggak boleh makan pedes, nggak boleh makan nanas, dll. Ibumu sedikit nakal soalnya.  Ayah tidak tau seperti apa rasanya menginginkan mangga kecut untuk rujak di pagi hari, sampai ibumu ngomel-ngomel karena ayah tidak segera. Kau tau nak ? Dia cantik kala itu.  Ayah hanya bisa mencarikan mangga yg dia mau. Itu saja. Maaf nak, kalau kau tanya ayah bagaimana rasa sakitnya seorang ibu saat ketubannya pecah dan merasakan seluruh tulangnya patah, ayah tidak tau nak. Ayah tidak tau seperti apa rasanya mempertaruhkan nyawa untuk seorang hamba ke dunia. Ayah hanya bisa menjadi ayah siaga yang akan menerima cengkraman tangan ibumu saat merasakan sakit ketubannya pecah dan menyemangatiny

Rantau dan pengajarannya

"Rantau tidak pernah main-main dengan pengajarannya" Hallo ayah, hallo ibu, anak bungsumu rindu. Aku lupa menghitung berapa lama sudah kita tidak bertemu, seingatku 3 bulan yang lalu dan itu hanya sebatas pertemuan tak lebih dari seminggu. Ayah, aku rasa aku sering sekali menyusahkan ya ? Bisanya minta tapi memberi tak pernah bisa ? Aku begini-begini saja, maaf jika ayah kecewa. Ibu, aku suka rindu, ibu juga kan ? Bu, apa aku anak yang nakal ? maaf ya suka membuat khawatir hatimu yang penuh kasih sayang. Ramadhan dan lebaran nanti, maaf anakmu nggak pulang. Semoga aku masih punya cadangan rindu yang cukup untuk bertahan. Kalau tidak, aku tidak tau lagi akan sesering apa aku menangis karena ingat kampung halaman. Lebaran besok aku mau merantau lagi sebentar, 2 bulan. Katanya untuk tugas pendidikan, maaf kalau pilih tempat yang jauh dari pandangan. Aku rasa ini menantang, semoga bisalah membuat aku dewasa dan tak lagi kekanakan. Ayah, cuma lebaran kali ini kok. Lebaran ta

Tanggal 4 Bulan 5

Apakah tanggal untuk hari ini dibuat memang untuk menyakitkan ? Yah, setelah 3 tahun lalu, ditanggal dan bulan yang sama aku benar-benar tersakiti. Oh padahal 3 tahun sebelum hari itu, 4 Mei selalu menjadi hari yang menarik, meski dengan begadang dan menunggu suara atau tulisan datang. Ya benar, hari ini dan 3 tahun lalu sudah berbeda apalagi hari ini dan 6 tahun yang lalu. Jelas beda ! Aku tidak bisa memaksakannya untuk selalu sama atau memaksakannya menjadi lebih baik adanya. Aku pikir akan ada apercakapan lebih panjang, mencoba memperbaiki semuanya misalnya. Setidaknya beberapa kalimat lagi atau beberapa menit lagi selain sebuah   doa, “terimakasih” dan “aamiin”.   Rasanya benar-benar berbeda. Begitu dingin ! Aku hanya menunggu hari ini untuk menyampaikan rindu sejak 3 hari yang lalu, aku harap ada rindu yang bisa sampai. Aku salah, aku lagi-lagi tersakiti. Lalu untuk apa kamu datang, menyapa sedangkan aku hampir lupa. Mengembalikan lagi ? Semua ingatan-ingatan itu ? Menjabar

Elegi untuk kabar obituari nenek

Surat untuk nenek, yang entah dibaca atau tidak akan akan tetap menuliskannya. Nek, engkau orang pertama yang memberi pemahaman tentang kehilangan dari jarak yang berjauhan. Aku tidak pernah membayangkan, engkau pergi disaat aku jauh dan aku lupa kapan terakhir aku melihat wajahmu. Nek, menjadi anak rantau itu berat ya. Aku belajar banyak hal tentang hidup, salah satunya kehilangan. Aku yang tidak bisa menyentuh tubuhmu untuk sekedar menyiramkan air terakhir pada jasadmu, berdiri untuk sholat atas jasadmu, atau sekedar mengaji di samping jasadmu. Ini berat nek, sangat berat. Aku belum sempat mencium pipimu yg sudah tersisa kulit atau sekedar mengikatkan rambutmu yang sudah beruban. Nek, cucu macam apa aku nek ? Maaf ya Nek, kmren sebelum aku ke perantauan bukannya nenek masih sehat, aku selalu percaya nenek akan berumur lebih panjang. Nek, apakah sebelum engkau pergi engkau ingat ketika kau mengangkat tangan hendak memukulku saat aku naik pohon rambutan, atau sekedar melototiku

Novel : Ayahku (bukan) pembohong

Ayahku (bukan) pembohong. Novel hasil karya Tere Liye ini mengisahkan seorang anak yang dibesarkan dengan cerita-cerita hebat masa muda sang ayah. Cerita tentang pemain bola legendaris sang kapten "El Capitano, El Prince", tentang apel emas lembah bukhara, tentang suku penguasa angin, tentang raja tidur, atau tentang danau para sufi. Cerita-cerita fantasi sang ayah itu mampu menjadikan sanv anak "Dam"  tumbuh hebat, memiliki pandangan berbeda tentang hidup, memiliki mental besar tentang kesabaran, usaha dan kerja keras, memiliki ketangguhan tentang hukuman dan imbalan. Namun, sejak sang ibu (wanita no satu bagi dam) meninggal. Cerita-cerita fantasi hebat itu berubah jadi kebencian. Bukti-bukti yang dia temukan saat mendapat hukuman di sekolahnya "Akademi Gajah" membuatnya makin membenci cerita-cerita itu, cerita yang dianggapnya sebagai kebohongan. Tidak, tidak hanya itu, sejak saat itu pula dia membenci satu hal yang tak harus dibencinya "Ayahnya&q