Langsung ke konten utama

Seperti ini ayah menjagaku, tak akn pernah sehebat ibu

Ayah tidak pernah merasakan nak bagaimana rasanya terdapat manusia lain dalam tubuh selama 9 bulan, seperti yang ibumu rasakan. Ayah bahkan tidak tau apa yang sering membuat ibumu mual, pusing dan nggak nafsu makan di awal kehamilannya. Ayah hanya bisa menjaga ibumu setiap apa yang ibumu makan selama dia hamil, nggak boleh makan pedes, nggak boleh makan nanas, dll. Ibumu sedikit nakal soalnya.
 Ayah tidak tau seperti apa rasanya menginginkan mangga kecut untuk rujak di pagi hari, sampai ibumu ngomel-ngomel karena ayah tidak segera. Kau tau nak ? Dia cantik kala itu.  Ayah hanya bisa mencarikan mangga yg dia mau. Itu saja.
Maaf nak, kalau kau tanya ayah bagaimana rasa sakitnya seorang ibu saat ketubannya pecah dan merasakan seluruh tulangnya patah, ayah tidak tau nak. Ayah tidak tau seperti apa rasanya mempertaruhkan nyawa untuk seorang hamba ke dunia. Ayah hanya bisa menjadi ayah siaga yang akan menerima cengkraman tangan ibumu saat merasakan sakit ketubannya pecah dan menyemangatinya saat mengorbankan nyawa. Ayah hanya bisa mencari pinjaman uang kesana kemari untuk biaya lahiran anak ayah, kamu sih lahir kok ditanggal tua. Untunglah masih ad tabungan bersama.
Ayah juga tidak mengerti bagaimana ibumu sabar bangun tiap malam hanya karena tangismu, mau menggendongmu setiap saat, mau membantumu belajar merangkak dan berjalan. Ibumu begitu sabar nak, saat kau sakit dia sangat panik, padahal kata dokter kamu baik-baik saja. Ayah hanya bisa apa ? membangunkan ibu karena merasa berisik dengar suara tangsimu. Tapi kau tau nak, ayah selalu bahagia mendengar tangismu dan suara gerak ibumu. Ayah hanya mendengar keluh kesah ibu lalu memikirkan banyak hal untuk anak ayah, apakah gaji ayah cukup untuk membesarkanmu, apakah ayah akan memberikan yang terbaik untukmu.  Ketika kau sakit, ayah hanya bisa melihat isi dompet untuk segera membawamu berobat. Hanya itu yg ayah lakukan nak
Aku tidak seperti ibu nak, yg akan memukul tanah saat kau jatuh atau langsung berlari dan menggendongmu sambil bilang "sudah sayang, kataknya sudah lari. Nakal ya". Ayah hanya bisa membersihkan batu-batu atau pasir-pasir dihalaman sebelum kau bermain agar saat kau jatuh, tak banyak luka di kakimu. Saat kau jatuh, ayah diam bukan tidak peduli karena ayah tau seberapa cepat ayah bergerak, ayah pasti kalah cepat dengan ibumu. Ibumu hebat.
Ayah juga tidak seperti ibu yang selalu khawatir saat teman-temanmu sudah beli baju lebaran dan kamu belum, dia menceritakan dengan hebat agar kamu tidak iri. Aya tau ayah tidak pernah salah memilih ibumu. Ayah tidak bisa melakukan apapun selain bilang, "nanti kita beli" seraya berharap semoga gaji bulan ini segera turun agar ayah bisa mengajakmu berbelanja. Kau tau, kau selalu terlihat sangat bahagia setiap ayah ajak keluar beli baju baru, dan kebiasaanmu yang tak pernah ayah lupa "es krim" setiap selesai belanja.
Kau tau nak, saat kau memasuki sekolah aku tidak terlihat seperti ibumu yang amat bahagia melihatmu berseragam, tidak tau rasanya memandikanmu, memasangkan seragam, menyuapi sarapan dan mengantarmu belajar. Ayah hanya bersiap sendiri dan setia menunggu seluruh kegiatanmu sebelum berangkat sekolah, ayah yang akan mengantarmu ke depan gerbang sekolah. Kau tau bagian apa yang paling ayah suka ? Ketika kau mencium tangan ayah sebelum memasuki gerbang sekolah.
Saat kau sedih, ayah tidak bisa seperti ibu yang akan berbicara padamu menanyakan kau kenapa lalu mendengar seluruh ceritamu, kemudian dia memelukmu. Tapi nak, ayah yang menyuruh ibumu bertanya, ayah malu untuk bertanya padamu. Setelah itu, ayah akan menanyakannya pada ibu.
Saat kau makin besar, ibumu selalu takut anak gadisnya​ punya pacar, katanya nanti salah pergaulan dan apalah. Ayah tidak takut itu nak, ayah percaya kau tau bersikap dan memilih bergaul dengan siapa. Ayah hanya sedih, tau kau cepat sekali besar, sebentar lagi ayah akan kehilangan rengekanmu. Kau akan sibuk dengan dunia barumu, dunia remajamu. Ketika kau harus pergi merantau, ibunya begitu sedih nak tapi dia memiliki hati yang luas untuk meridhoi mu merantau, dia tau kau akan pulang.
Awal perantauanmu dia selalu menyuruh ayah menelponmu untuk bertanya sedang apa kau nak, makan apa hari ini, bagaimana teman-temanmu. Dia begitu khawatir. Ayah apa ? Ayah gengsi mau menunjukkan ayah sedih berpisah denganmu. Ayah  hanya bisa  memastikan bahwa kau membawa baju, tas, laptop dan segala kebutuhanmu dengan layak. Ayah tidak mau kau merasa berbeda. Ayah tidak akan membiarkan kau merasa tak sama.
Nak, ayah iri pada ibumu dia selalu punya firasat kuat tentang kondisimu, saat kau sakit, saat kau sedih, dia selalu tau padahal jarak kalian beratus-ratus kilo. Ayah bisa apa ? Menelponmu hampir tiap malam untuk bertanya kondisimu, kau tau ketika kau bilang tak enak badan ? Rasanya ayah ingin terbang ke rantaumu, menyelimuti dan menyuruhmu istirahat. Ayah sangat takut kau merasa sendiri.
Saat ayah tanya sisa uangmu berapa dan kau bilang "ada" ayah memiliki seluruh kegundahan apakah benar ada ? Atau kau hanya tak ingin menyusahkan ayah ? Nak, bilang saja jika tak ada. Jika butuh keperluan bilang saja, ayah akan mencari sebisa yang ayah bisa. Ayah akan melakukannya, itu masih tugas ayah. Jangan pikirkan apa-apa. Tugasmu cukup belajar. Kau ingat kata ayah "ketika Allah memutuskan sesuatu untuk hambanya, dia sudah menjamin segalanya. Kau hanya perlu berdoa"
Nak, ayah tak pernah mau kau tau tentang keresahan ayah, ayah hanya ingin kau tau ayah baik-baik saja. Tapi kau hebat juga, apa karena kau wanita ? Sudah ayah sembunyikan bahwa ayah sakit tapi bisa ya kau merasakannya. Kau sayang ayah ya ?
Nak, hanya seperti itu ayah menjagamu. Besok, setelah kau benar-benar dewasa ayah yang akan menyerahkanmu pada orang lain. Saat itu, mungkin kau pikir tugas ayah selesai. Bagimu mungkin iya ? Tapi bagi ayah kau masih sama, anak gadis ayah yang perlu penjagaan. Kalau kau butuh bahu bersandar bahu ayah masih bisa sayang.
Maaf hanya seperti itu ayah menjagamu !

Seperti itu ayah menjagaku ? Ayah tau, tulisan ini mungkin tak mewakili semuanya. Ayah tau ? Aku tau yah, tanpa harus ayah beri tau. Mungkin seperti itu kan yah ? Terimakasih :')
Ayah tak akan pernah sehebat ibu, tapi ayah selalu punya posisi sendiri untuk menjadi hebat di mataku :')

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumasuki Kisah Baru 5 bulan di kota Baru

                Sejenak, waktu akhirnya menggiringku untuk mengingat kembali blog ini, haha yaya aku lama tak menyentuhnya dengan tulisan-tulisan mungil ini. Entahlah aku yang sibuk atau seolah menyibukkan diri saja ? Tugas kuliah itu banyak banget ditambah lagi kegiatan UKM yang aku ikuti. Tapi yah inilah revolusi waktu yang tetap harus aku jalani. Rasanya baru kemarin aku menulis cerita tentang mimpiku di UGM sekarang udah lagi UAS , sungguh waktu mengajak kita berjalan dengan cepat.                 Mengikuti arus kisah,,,sekarang sudah januari 2015 menandakan   4 deret angka “2014” telah tersubsitusi menjadi “2015” dan masa baru kembali dimulai. Banyak hal yang sudah aku lakuin di Jogjakarta selama 5 bulan ini, jika ini sebuah perjuangan aku tahu ini tak akan sia-sia. Sekarang aku ceritain 5 bulan yang berlalu secara cepat itu Aku aktif di 2 UKM yaitu “Balairung”, ukm untuk para pemuda berjiwa jurnalis. UKM yang menggelarkan pena-penanya untuk menelisik fakta disetiap peris

Kenangan masa kecil yang baik (Part 2)

Mendidik seperti ibu mendidik Aku suka bingung untuk melanjutkan setiap “part” kenangan masa kecilku dari mana. Inginnya sih urut, tapi menulis sesuatu yang sengaja dipikirkan dengan sistematis malah membuatku tidak menghasilkan apa-apa, selain hanya keinginan agar ceritanya urut dan tertata. Makanya, aku memilih untuk menuliskan apapun yang tiba-tiba teringat dikepalaku. Tentang masa kecilku. Kali ini tentang ibu. Tentang bapak juga banyak kok. Tapi ibuk dulu ya pak. Hehe. Mendidik seperti ibu mendidik. Banyak hal yang kelak jika aku sudah menjadi ibu, aku ingin mentreatment anakku seperti ibu memperlakukanku.  Sederhana tapi begitu berkesan bagiku hingga saat ini. Dulu ketika aku masih sekolah dari SD, SMP sampai SMA, setiap kali mau Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester dan Ujian Nasional, ibu adalah orang yang juga akan menyiapkan banyak hal, mungkin maksudku banyak keperluan. Ketika jadwal ujian keluar, pulang sekolah aku akan bilang pada ibu “Adek uji

Jogja, Wulan Pulang !

Episode 1.... Jogjakarta adalah kota yang entah darimana asalnya selalu bisa menjadikan setiap yang datang menemuinya jatuh cinta. Menemui jogja dan menjalani banyak kisah disana adalah sebuah takdir Tuhan yang paling istimewa. Begitu pula bagi Wulan dan Damar. Dua orang anak manusia yang kemudian bertemu di Jogja dan kemudian diputuskan oleh Tuhan untuk menjalani banyak cerita. Wulan Waktuku dengan Jogja sudah selesai, tempat ini sudah sangat baik mau menerimaku selama 4 tahun lebih, membangun banyak cerita. Mempertemukanku dengan banyak manusia. Jogja sungguh adalah kota yang tidak bisa lagi aku rangkai dengan kata, dia adalah rasa-rasa yang pada setiap sudutnya aku titipkan cerita. “Damar, aku akan pulang tanggal 10 Desember nanti,” akhirnya aku berani memberitahu Damar tentang rencana kepulanganku ke Sumatera. “Oh iya? Cepet banget? Katanya kamu mau tinggal disini?” hanya itu respon yang Damar katakan. “Yah, ayah menyuruhku pulang. Aku sudah selesai dengan kota ini. G