Langsung ke konten utama

Rantau dan pengajarannya

"Rantau tidak pernah main-main dengan pengajarannya"

Hallo ayah, hallo ibu, anak bungsumu rindu. Aku lupa menghitung berapa lama sudah kita tidak bertemu, seingatku 3 bulan yang lalu dan itu hanya sebatas pertemuan tak lebih dari seminggu. Ayah, aku rasa aku sering sekali menyusahkan ya ? Bisanya minta tapi memberi tak pernah bisa ? Aku begini-begini saja, maaf jika ayah kecewa.
Ibu, aku suka rindu, ibu juga kan ? Bu, apa aku anak yang nakal ? maaf ya suka membuat khawatir hatimu yang penuh kasih sayang.
Ramadhan dan lebaran nanti, maaf anakmu nggak pulang. Semoga aku masih punya cadangan rindu yang cukup untuk bertahan. Kalau tidak, aku tidak tau lagi akan sesering apa aku menangis karena ingat kampung halaman.
Lebaran besok aku mau merantau lagi sebentar, 2 bulan. Katanya untuk tugas pendidikan, maaf kalau pilih tempat yang jauh dari pandangan. Aku rasa ini menantang, semoga bisalah membuat aku dewasa dan tak lagi kekanakan.
Ayah, cuma lebaran kali ini kok. Lebaran tahun depan aku akan membantumu lagi membersihkan jalan dan memotong pagar saat sudah tinggi menjulang. Seperti kebiasaanmu sebelum lebaran. Ayah jangan rindu ya, kalau besok selama puasa nggak ada aku yang selalu siap diajak jalan-jalan menunggu adzan. Ajak saja 4 bocah cilik yang memanggilmu kakek. Mereka pasti bisa membuatmu senang, ya meski sedikit nakal. Wkwk
Ayah, ayah juga jangan lupa ya hibur ibu kalau tiba-tiba kangen aku, aku suka nggak tega soalnya. Aku percaya ayah pokoknya.
Untuk ibu, puasa kali ini ibu nggak bakal pusing mau masak apa, kan anakmu sedang merantau ke ujung barat Nusantara. Nggak bakal sibuk mikir sahur apa biar aku makan banyak. Nggak ngomel-ngomel karena g bangun bantuin masak. Hehe..besok kalau lebaran mau datang, aku nggak bantu masak kue dulu ya. Kalau ini mah ibu pasti suka aku nggak ada. Nggak ada yang ribet bikin kue ibu gagal karena aku suka coba-coba. Aku yang sedih bu, nggak makan masakan ibu dan cicipi kue-kue bikinan ibu. Pokoknya, agustus nanti kalau aku pulang harus masak yang enak dan bikin kue yang banyak ya.
Ayah ibu, titip salam juga buat mbak dan mas tercintah ya. Besok nggak bakal deh mereka kesel dan sebel-sebel nungguin aku pilih pilih baju lebaran. Haha..lihat saja meskipun suka nggak akur sama mereka, besok pas adik cantiknya ini kkn, mereka bakal kangen ingin aku dirumah saja. Percayalah !

Akh sudahlah, berat sih ya nggak puasa dan lebaran dirumah. Kata ayah kan, aku harus dewasa menjalani pilihan. Hehe ya sudah, aku bakal sehebat yang aku bisa kok. Ya nggak hebat-hebat amat sih wkwk. Benar kata ayah "Jangan cengeng ya! Ingat, rantau tidak pernah main-main dalam pengajarannya"

Yogyakarta, 25 Mei 2017
Salam sayang,
Anak bungsumu


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumasuki Kisah Baru 5 bulan di kota Baru

                Sejenak, waktu akhirnya menggiringku untuk mengingat kembali blog ini, haha yaya aku lama tak menyentuhnya dengan tulisan-tulisan mungil ini. Entahlah aku yang sibuk atau seolah menyibukkan diri saja ? Tugas kuliah itu banyak banget ditambah lagi kegiatan UKM yang aku ikuti. Tapi yah inilah revolusi waktu yang tetap harus aku jalani. Rasanya baru kemarin aku menulis cerita tentang mimpiku di UGM sekarang udah lagi UAS , sungguh waktu mengajak kita berjalan dengan cepat.                 Mengikuti arus kisah,,,sekarang sudah januari 2015 menandakan   4 deret angka “2014” telah tersubsitusi menjadi “2015” dan masa baru kembali dimulai. Banyak hal yang sudah aku lakuin di Jogjakarta selama 5 bulan ini, jika ini sebuah perjuangan aku tahu ini tak akan sia-sia. Sekarang aku ceritain 5 bulan yang berlalu secara cepat itu Aku aktif di 2 UKM yaitu “Balairung”, ukm untuk para pemuda berjiwa jurnalis. UKM yang menggelarkan pena-penanya untuk menelisik fakta disetiap peris

Kenangan masa kecil yang baik (Part 2)

Mendidik seperti ibu mendidik Aku suka bingung untuk melanjutkan setiap “part” kenangan masa kecilku dari mana. Inginnya sih urut, tapi menulis sesuatu yang sengaja dipikirkan dengan sistematis malah membuatku tidak menghasilkan apa-apa, selain hanya keinginan agar ceritanya urut dan tertata. Makanya, aku memilih untuk menuliskan apapun yang tiba-tiba teringat dikepalaku. Tentang masa kecilku. Kali ini tentang ibu. Tentang bapak juga banyak kok. Tapi ibuk dulu ya pak. Hehe. Mendidik seperti ibu mendidik. Banyak hal yang kelak jika aku sudah menjadi ibu, aku ingin mentreatment anakku seperti ibu memperlakukanku.  Sederhana tapi begitu berkesan bagiku hingga saat ini. Dulu ketika aku masih sekolah dari SD, SMP sampai SMA, setiap kali mau Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester dan Ujian Nasional, ibu adalah orang yang juga akan menyiapkan banyak hal, mungkin maksudku banyak keperluan. Ketika jadwal ujian keluar, pulang sekolah aku akan bilang pada ibu “Adek uji

Jogja, Wulan Pulang !

Episode 1.... Jogjakarta adalah kota yang entah darimana asalnya selalu bisa menjadikan setiap yang datang menemuinya jatuh cinta. Menemui jogja dan menjalani banyak kisah disana adalah sebuah takdir Tuhan yang paling istimewa. Begitu pula bagi Wulan dan Damar. Dua orang anak manusia yang kemudian bertemu di Jogja dan kemudian diputuskan oleh Tuhan untuk menjalani banyak cerita. Wulan Waktuku dengan Jogja sudah selesai, tempat ini sudah sangat baik mau menerimaku selama 4 tahun lebih, membangun banyak cerita. Mempertemukanku dengan banyak manusia. Jogja sungguh adalah kota yang tidak bisa lagi aku rangkai dengan kata, dia adalah rasa-rasa yang pada setiap sudutnya aku titipkan cerita. “Damar, aku akan pulang tanggal 10 Desember nanti,” akhirnya aku berani memberitahu Damar tentang rencana kepulanganku ke Sumatera. “Oh iya? Cepet banget? Katanya kamu mau tinggal disini?” hanya itu respon yang Damar katakan. “Yah, ayah menyuruhku pulang. Aku sudah selesai dengan kota ini. G