Langsung ke konten utama

Tanggal 4 Bulan 5



Apakah tanggal untuk hari ini dibuat memang untuk menyakitkan ? Yah, setelah 3 tahun lalu, ditanggal dan bulan yang sama aku benar-benar tersakiti. Oh padahal 3 tahun sebelum hari itu, 4 Mei selalu menjadi hari yang menarik, meski dengan begadang dan menunggu suara atau tulisan datang. Ya benar, hari ini dan 3 tahun lalu sudah berbeda apalagi hari ini dan 6 tahun yang lalu. Jelas beda ! Aku tidak bisa memaksakannya untuk selalu sama atau memaksakannya menjadi lebih baik adanya.
Aku pikir akan ada apercakapan lebih panjang, mencoba memperbaiki semuanya misalnya. Setidaknya beberapa kalimat lagi atau beberapa menit lagi selain sebuah  doa, “terimakasih” dan “aamiin”.  Rasanya benar-benar berbeda. Begitu dingin ! Aku hanya menunggu hari ini untuk menyampaikan rindu sejak 3 hari yang lalu, aku harap ada rindu yang bisa sampai. Aku salah, aku lagi-lagi tersakiti. Lalu untuk apa kamu datang, menyapa sedangkan aku hampir lupa. Mengembalikan lagi ? Semua ingatan-ingatan itu ? Menjabarkan kembali kertas-kertas dan lagu-lagu itu ? Untuk apa ? Untuk apa ayah menyampaikan padaku kau datang lagi kerumah, sekedar berbela sungkawa atas kepergian nenek ? Kenapa tak cukup kau sampaikan saja lewat doa ? Aku tak menyalahkanmu atas itu ? Aku hanya bertanya untuk apa ? Hai, aku ini wanita ! Kau tau perasaannya begitu rentan untuk merasa. Begitu juga, perasaannya begitu rentan terluka.
Aku benar-benar tidak tau lagi harus mulai berbenah dari mana ? Aku sudah hampir selesai berbenah sampai kau datang dan mengacak-acak lagi. Ini tidak mudah, sama sekali tidak mudah. Aku menghabiskan hari-hari sendiri, menutup hati yang datang hingga akhirnya mereka pergi. Aku hampir membuka hati tapi kau yang muncul lagi, dan kali ini bukan bayangan tapi dirimu sendiri.
Aku pernah memintamu pergi, tapi sekarang tak akan lagi. Silahkan berkeliaran di hidupku. Aku tahu Tuhan cukup mau mengokohkan hatiku. Aku harus mulai terbiasa melupakan apa yang hampir selalu aku lihat.
Percakapan singkat pagi ini mungkin tidak akan bisa membuatku benci, kebaikanmu masih lebih lagi dibanding tadi. Aku tidak berharap kau membaca ini, aku tau menuliskannya saja sudah cukup membuatku malu. Namun, jika tuhan men-takdirkanmu untuk membaca ini, aku harap kamu tau bagaimana harus bertindak. Aku berharap jika kamu memang sudah selesai melupakan aku, aku juga ingin segera selesai dengan ini agar tak ada dosa yang aku tanggung jika akhirnya Tuhan menghadirkan hati lain untuk menjagaku, semoga seluruh hatiku menjadi miliknya tak ada sedikitpun yang kamu bawa, cukup kenangan saja. Jika memang berbeda, kamu ternyata belum selesai dengan kita, mari kita bicarakan bersama tapi silahkan kamu yang membuka, kita selesaikan harus bagaimana kita.
Tolong jangan seperti ini, luka ini belum reda jangan ditambah lagi.


Yogyakarta, 4 Mei 2017
08:12 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumasuki Kisah Baru 5 bulan di kota Baru

                Sejenak, waktu akhirnya menggiringku untuk mengingat kembali blog ini, haha yaya aku lama tak menyentuhnya dengan tulisan-tulisan mungil ini. Entahlah aku yang sibuk atau seolah menyibukkan diri saja ? Tugas kuliah itu banyak banget ditambah lagi kegiatan UKM yang aku ikuti. Tapi yah inilah revolusi waktu yang tetap harus aku jalani. Rasanya baru kemarin aku menulis cerita tentang mimpiku di UGM sekarang udah lagi UAS , sungguh waktu mengajak kita berjalan dengan cepat.                 Mengikuti arus kisah,,,sekarang sudah januari 2015 menandakan   4 deret angka “2014” telah tersubsitusi menjadi “2015” dan masa baru kembali dimulai. Banyak hal yang sudah aku lakuin di Jogjakarta selama 5 bulan ini, jika ini sebuah perjuangan aku tahu ini tak akan sia-sia. Sekarang aku ceritain 5 bulan yang berlalu secara cepat itu Aku aktif di 2 UKM yaitu “Balairung”, ukm untuk para pemuda berjiwa jurnalis. UKM yang menggelarkan pena-penanya untuk menelisik fakta disetiap peris

Kenangan masa kecil yang baik (Part 2)

Mendidik seperti ibu mendidik Aku suka bingung untuk melanjutkan setiap “part” kenangan masa kecilku dari mana. Inginnya sih urut, tapi menulis sesuatu yang sengaja dipikirkan dengan sistematis malah membuatku tidak menghasilkan apa-apa, selain hanya keinginan agar ceritanya urut dan tertata. Makanya, aku memilih untuk menuliskan apapun yang tiba-tiba teringat dikepalaku. Tentang masa kecilku. Kali ini tentang ibu. Tentang bapak juga banyak kok. Tapi ibuk dulu ya pak. Hehe. Mendidik seperti ibu mendidik. Banyak hal yang kelak jika aku sudah menjadi ibu, aku ingin mentreatment anakku seperti ibu memperlakukanku.  Sederhana tapi begitu berkesan bagiku hingga saat ini. Dulu ketika aku masih sekolah dari SD, SMP sampai SMA, setiap kali mau Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester dan Ujian Nasional, ibu adalah orang yang juga akan menyiapkan banyak hal, mungkin maksudku banyak keperluan. Ketika jadwal ujian keluar, pulang sekolah aku akan bilang pada ibu “Adek uji

Jogja, Wulan Pulang !

Episode 1.... Jogjakarta adalah kota yang entah darimana asalnya selalu bisa menjadikan setiap yang datang menemuinya jatuh cinta. Menemui jogja dan menjalani banyak kisah disana adalah sebuah takdir Tuhan yang paling istimewa. Begitu pula bagi Wulan dan Damar. Dua orang anak manusia yang kemudian bertemu di Jogja dan kemudian diputuskan oleh Tuhan untuk menjalani banyak cerita. Wulan Waktuku dengan Jogja sudah selesai, tempat ini sudah sangat baik mau menerimaku selama 4 tahun lebih, membangun banyak cerita. Mempertemukanku dengan banyak manusia. Jogja sungguh adalah kota yang tidak bisa lagi aku rangkai dengan kata, dia adalah rasa-rasa yang pada setiap sudutnya aku titipkan cerita. “Damar, aku akan pulang tanggal 10 Desember nanti,” akhirnya aku berani memberitahu Damar tentang rencana kepulanganku ke Sumatera. “Oh iya? Cepet banget? Katanya kamu mau tinggal disini?” hanya itu respon yang Damar katakan. “Yah, ayah menyuruhku pulang. Aku sudah selesai dengan kota ini. G