Langsung ke konten utama

Kenangan masa kecil yang baik (part 1)

Setiap pagi pukul 04:30, ketika cahaya pagi saja belum mau menyapa bumi karena dingin yang menyerang, bapak dan ibu akan membangunkanku untuk sholat subuh. Waktu itu, ketika aku masih kecil, belum ada kamar mandi dirumah. Jadi, ibu dan bapak akan mengajakku ke sungai dekat rumah. Bapak membawa senter sedangkan aku dan ibu akan berjalan di depan. Terkadang, aku digendong oleh bapak di punggungnya. Biasanya kalau aku masih mengantuk.
Di sungai, ibu mengajariku ambil wudhu, sedangkan bapak akan langsung mandi di pagi dini hari itu, padahal di desaku dingin sekali. Setelahnya kami pulang, ibu memasangkan mukenaku, membenarkan rambutku agar tidak keluar dari mukenah, dan bapak akan mengimami sholat jamaah kami. Seusai salam, bapak akan memimpi doa dengan Bahasa arab yang sampai skrg pun aku cuma hafal beberapa bagian, yaitu ketika bapak menyebut nama-nama sesepuhku yang sudah meninggal. Kalau Aku pulang dari tanah rantau dan sholat jamaah sama bapak, sudah bisalah aku mengikutin bapak berdoa sedikit-sedikit. Hehe. Di akhir setelah sholat selesai, aku akan mencium tangan bapak dan ibuk, seraya minta dicium pipi kanan dan kiriku. Wajib bagiku rasanya dicium mereka, bahkan sampai saat ini ketika usiaku sudah 23 tahun.
Ah, bapak, ibuk. Adek kangen. Terima kasih memberi kenangan masa kecil yang baik buat Adek.

Yogyakarta, 29 November 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumasuki Kisah Baru 5 bulan di kota Baru

                Sejenak, waktu akhirnya menggiringku untuk mengingat kembali blog ini, haha yaya aku lama tak menyentuhnya dengan tulisan-tulisan mungil ini. Entahlah aku yang sibuk atau seolah menyibukkan diri saja ? Tugas kuliah itu banyak banget ditambah lagi kegiatan UKM yang aku ikuti. Tapi yah inilah revolusi waktu yang tetap harus aku jalani. Rasanya baru kemarin aku menulis cerita tentang mimpiku di UGM sekarang udah lagi UAS , sungguh waktu mengajak kita berjalan dengan cepat.                 Mengikuti arus kisah,,,sekarang sudah januari 2015 menandakan   4 deret angka “2014” telah tersubsitusi menjadi “2015” dan masa baru kembali dimulai. Banyak hal yang sudah aku lakuin di Jogjakarta selama 5 bulan ini, jika ini sebuah perjuangan aku tahu ini tak akan sia-sia. Sekarang aku ceritain 5 bulan yang berlalu secara cepat itu Aku aktif di 2 UKM yaitu “Balairung”, ukm untuk para pemuda berjiwa jurnalis. UKM yang menggelarkan pena-penanya untuk menelisik fakta disetiap peris

Kenangan masa kecil yang baik (Part 2)

Mendidik seperti ibu mendidik Aku suka bingung untuk melanjutkan setiap “part” kenangan masa kecilku dari mana. Inginnya sih urut, tapi menulis sesuatu yang sengaja dipikirkan dengan sistematis malah membuatku tidak menghasilkan apa-apa, selain hanya keinginan agar ceritanya urut dan tertata. Makanya, aku memilih untuk menuliskan apapun yang tiba-tiba teringat dikepalaku. Tentang masa kecilku. Kali ini tentang ibu. Tentang bapak juga banyak kok. Tapi ibuk dulu ya pak. Hehe. Mendidik seperti ibu mendidik. Banyak hal yang kelak jika aku sudah menjadi ibu, aku ingin mentreatment anakku seperti ibu memperlakukanku.  Sederhana tapi begitu berkesan bagiku hingga saat ini. Dulu ketika aku masih sekolah dari SD, SMP sampai SMA, setiap kali mau Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester dan Ujian Nasional, ibu adalah orang yang juga akan menyiapkan banyak hal, mungkin maksudku banyak keperluan. Ketika jadwal ujian keluar, pulang sekolah aku akan bilang pada ibu “Adek uji

Jogja, Wulan Pulang !

Episode 1.... Jogjakarta adalah kota yang entah darimana asalnya selalu bisa menjadikan setiap yang datang menemuinya jatuh cinta. Menemui jogja dan menjalani banyak kisah disana adalah sebuah takdir Tuhan yang paling istimewa. Begitu pula bagi Wulan dan Damar. Dua orang anak manusia yang kemudian bertemu di Jogja dan kemudian diputuskan oleh Tuhan untuk menjalani banyak cerita. Wulan Waktuku dengan Jogja sudah selesai, tempat ini sudah sangat baik mau menerimaku selama 4 tahun lebih, membangun banyak cerita. Mempertemukanku dengan banyak manusia. Jogja sungguh adalah kota yang tidak bisa lagi aku rangkai dengan kata, dia adalah rasa-rasa yang pada setiap sudutnya aku titipkan cerita. “Damar, aku akan pulang tanggal 10 Desember nanti,” akhirnya aku berani memberitahu Damar tentang rencana kepulanganku ke Sumatera. “Oh iya? Cepet banget? Katanya kamu mau tinggal disini?” hanya itu respon yang Damar katakan. “Yah, ayah menyuruhku pulang. Aku sudah selesai dengan kota ini. G