Langsung ke konten utama

Maafkan, aku yang sempat hilang

Hallo blogkuu...maafkan sudah lama tidak berkunjung. Ya sangat lama, padahal ada banyak kisah dan pengalaman yang sudah aku lewati  tapi entahlah aku sempat enggan menulis. Maafkan karena aku meninggalkanmu cukup lama, membiarkanku berdebu dan penuh sarang laba-laba. Kemarin, aku sempat berhenti untuk menulis, aku merasa tak ada yang bisa aku banggakan dari tulisanku. Aku masih stagnan saja seperti ini, menulis di status BBM dan Line saja. Tak ada gunanya, toh tidak banyak yang suka. Aku sempat berfikir tulisanku jelek tak ada apa-apanya dengan teman-teman yang mampu menghipnotis banyak perasaan untuk larut dalam tulisannya, meresapi kalimatnya secara mendalam dan memahami maknanya. Lalu aku apa ? Tulisan kosong yang tak banyak orang suka. Maafkan karena aku bukan penulis yang baik, maafkan aku tidak mencoba belajar lebih banyak malah hendak menyerah tanpa alasan yang kuat, maafkan karena aku selalu meninggalkan separuh perjalanan dari tulisanku.sebenarnya aku hanya bingung, fokus apa yang ingin aku tulis ? Agama ? Perasaan ? Sosial ? Pendidikan ? Atau apa ? Aku masih belum menemukan fokus.
Terbebas dari rasa yang sempat hampa dan rasa ingin berhenti menulis, aku tidak pernah benar-benar benci menulis. Mungkin aku hanya malu. Yah, beruntunglah ada orang-orang yang mau peduli. Ketika sempat untuk memutuskan benar-benar berhenti menuliskan segala sesuatu yang aku rasakan, ada kalimat dari seorang teman yang sangat luar biasa " ketika kamu sadar Allah bersamamu, kamu akan lebih kuat dari rasa sakitmu, lebih berani menghadapi masalahmu, lebih tegar dalam setiap cobaan, dan tidak akan malu kecuali dalam melanggar perintah-Nya. "Nuun, demi pena dan apa yang mereka tuliskan". semangat peh ! Jangan lelah menulis ! Atau 20 tahun lagi Indonesia kehilangan penulis berbakatnya".
Aku merinding membaca komentar ini di akun lineku. Ya, kalimatnya cukup membuatku tertampar. Kalimatnya mungkin sederhana tapi dalam kondisi itu, kalimat itu mampu menjadi bahan bakar luar biasa untuk membuatku mengurungkan niat. Benar juga, untuk apa aku berhenti menulis, biarkan banyak orang tak suka bukankah tulisanku bukan untuk disukai tapi untuk mengungkapkan rasa yang tidak bisa diungkapkan mulut. Jika aku berhenti menuliskan setiap yang aku rasakan, kapan lagi aku bisa terus belajar menulis. Yah, terimakasih teman atas kalimat super yang kamu selipkan. Baiklah aku tidak akan pernah lagi berfikir untuk berhenti menulis.
Ini pula alasanku kembali membuka blog ini, blog yang sudah aku tinggalkan cukup lama ini.💜  semoga kamu masih mengizinkanku untuk mengisi cerita disini, ya mungkin tidak akan sering aku menulis tapi setidaknya tidak akan aku biarkan kamu tanpa kabar lagi. Tunggu kisah-kisah ku.
Jika aku tidak bisa mengisimu dengan tulisan cantik semampai  jangan pernah marah ya, cobalah ikhlaskan. Aku akan mencoba terus belajar, mengisi kertas kosong dengan cerita dalam bahagia atau tangisan :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumasuki Kisah Baru 5 bulan di kota Baru

                Sejenak, waktu akhirnya menggiringku untuk mengingat kembali blog ini, haha yaya aku lama tak menyentuhnya dengan tulisan-tulisan mungil ini. Entahlah aku yang sibuk atau seolah menyibukkan diri saja ? Tugas kuliah itu banyak banget ditambah lagi kegiatan UKM yang aku ikuti. Tapi yah inilah revolusi waktu yang tetap harus aku jalani. Rasanya baru kemarin aku menulis cerita tentang mimpiku di UGM sekarang udah lagi UAS , sungguh waktu mengajak kita berjalan dengan cepat.                 Mengikuti arus kisah,,,sekarang sudah januari 2015 menandakan   4 deret angka “2014” telah tersubsitusi menjadi “2015” dan masa baru kembali dimulai. Banyak hal yang sudah aku lakuin di Jogjakarta selama 5 bulan ini, jika ini sebuah perjuangan aku tahu ini tak akan sia-sia. Sekarang aku ceritain 5 bulan yang berlalu secara cepat itu Aku aktif di 2 UKM yaitu “Balairung”, ukm untuk para pemuda berjiwa jurnalis. UKM yang menggelarkan pena-penanya untuk menelisik fakta disetiap peris

Kenangan masa kecil yang baik (Part 2)

Mendidik seperti ibu mendidik Aku suka bingung untuk melanjutkan setiap “part” kenangan masa kecilku dari mana. Inginnya sih urut, tapi menulis sesuatu yang sengaja dipikirkan dengan sistematis malah membuatku tidak menghasilkan apa-apa, selain hanya keinginan agar ceritanya urut dan tertata. Makanya, aku memilih untuk menuliskan apapun yang tiba-tiba teringat dikepalaku. Tentang masa kecilku. Kali ini tentang ibu. Tentang bapak juga banyak kok. Tapi ibuk dulu ya pak. Hehe. Mendidik seperti ibu mendidik. Banyak hal yang kelak jika aku sudah menjadi ibu, aku ingin mentreatment anakku seperti ibu memperlakukanku.  Sederhana tapi begitu berkesan bagiku hingga saat ini. Dulu ketika aku masih sekolah dari SD, SMP sampai SMA, setiap kali mau Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester dan Ujian Nasional, ibu adalah orang yang juga akan menyiapkan banyak hal, mungkin maksudku banyak keperluan. Ketika jadwal ujian keluar, pulang sekolah aku akan bilang pada ibu “Adek uji

Jogja, Wulan Pulang !

Episode 1.... Jogjakarta adalah kota yang entah darimana asalnya selalu bisa menjadikan setiap yang datang menemuinya jatuh cinta. Menemui jogja dan menjalani banyak kisah disana adalah sebuah takdir Tuhan yang paling istimewa. Begitu pula bagi Wulan dan Damar. Dua orang anak manusia yang kemudian bertemu di Jogja dan kemudian diputuskan oleh Tuhan untuk menjalani banyak cerita. Wulan Waktuku dengan Jogja sudah selesai, tempat ini sudah sangat baik mau menerimaku selama 4 tahun lebih, membangun banyak cerita. Mempertemukanku dengan banyak manusia. Jogja sungguh adalah kota yang tidak bisa lagi aku rangkai dengan kata, dia adalah rasa-rasa yang pada setiap sudutnya aku titipkan cerita. “Damar, aku akan pulang tanggal 10 Desember nanti,” akhirnya aku berani memberitahu Damar tentang rencana kepulanganku ke Sumatera. “Oh iya? Cepet banget? Katanya kamu mau tinggal disini?” hanya itu respon yang Damar katakan. “Yah, ayah menyuruhku pulang. Aku sudah selesai dengan kota ini. G