Langsung ke konten utama

Pelajaran dari ibu penjual koran :)

Yogyakarta, 15 April 2016
Hari ini Jogja mengajarkan aku tentang sosok luar biasa,melalui seorang ibu yang menggendong anak di perempatan lampu merah dekat kampus MIPA Utara. Aku yakin semua mahasiswa yang melewati lampu merah pasti tau beliau, ya tau sebatas tau.Tau bahwa beliau adalah seorang wanita yang hanya bermodal kerudung untuk menaunginya dari terik, gendongan untuk memanggul seorang gadis kecil dan sebuah teriakan "koran mas, mbak" untuk menarik orang-orang di perempatan itu membeli korannya.
Setiap hari, di persimpangan jalan itu aku selalu melihat beliau. Sekitar pukul 07.30 pagi beliau sudah tiba dengan sepeda mininya, lagi lagi bersama seorang gadis kecil yang kira kira berusia  3 tahun. Secara diam-diam aku kagum pada ibu itu. Sangat kagum. Beliau tidak memilih untuk meminta-minta dengan menggendong anaknya, ya mungkin beliau tidak ingin mengajari gadis kecilnya untuk menjadi manusia yang tidak mau berusaha. Oh, aku jadi sangat merindukan ibu. Semoga ibu sehat selalu.
Hari ini, Allah memberiku kesempatan untuk sekedar bercakap sebentar dengan beliau. Entah bagaimana pagi tadi terjadi. Melihat dari kejauhan,beliau wanita yang aku Kagumi itu sedang melepas gendongan gadis kecilnya, membiarkannya bermain sebentar di pinggir trotoar. Lucu sekali adik kecil itu, dia menggendong boneka kecil berwarna pink tertawa seolah jalanan itu adalah tempatnya untuk bebas, mungkin dia sudah terbiasa. Aku juga tidak melihat raut iba, raut sedih dari sosok ibu penjual koran itu. Beliau menjaga gadis kecilnya bermain, tertawa bersamanya.Bu, luar biasa sekali anda. Ya, pagi ini. Persimpangan lampu merah itu mengajarkanku kehebatan sosok ibu. Beruntunglah aku terlahir sebagai wanita yang kelak juga akan menjadi ibu bagi anak-anakku. Semoga aku bisa menjadi teladan bagi mereka
Gadis kecil itu sedang duduk di kursi mini yang ditempel pada sepeda sang ibu ketika aku berjalan mendekat, lalu sang ibu mengajaknya bercerita. Sebentar aku lewat sekedar bertanya pada gadis kecil yang masih asyik bermain dengan bonekanya "Hallo,lag main apa ?" seraya menyentuh pipi mungilnya. Gadis itu tidak menjawab dia hanya memandangi lalu tertawa dan menunjukkan bonekanya malu-malu. Wanita itu, sosok wanita yang aku kagumi menegur gadis kecilnya "Hayo dijawab, itu ditanyak mbaknya. Lagi main boneka mbak". Ya, beliau benar benar hebat, mengajari cara menghormati orang lebih tua. Aku tersenyum. Beliau berkata pada anaknya agar kelak gadis kecilnya bisa belajar seperti aku. Oh Tuhan, aku benar-benar tertampar aku saja terkadang masih malas untuk kuliah, masih sering tidur di kelas, masih sering nggak nyatet  materi sedangkan diluar banyak peluh yang dikeluarkan untuk terus bertahan dan menimba ilmu agar menjadi manusia terdidik.
Aku tak mau berlama-lama, aku merasa semakin tersudut jika ibu tersebut meneruskan perkatannya. Aku potong pertanyaannya " Namanya siapa ya bu ?" "Sofi mbak" jawabnya halus. Ya nama gadis itu Sofi.Hallo sayang, ibumu adalah ibu yang hebat tapi ibuku juga hebat kita sama sama memiliki ibu yang sangat hebat, ibu yang sangat luar biasa. Semoga kamu tumbuh menjadi anak yang bisa mengangkat derajat ibumu ya, memberi kebahagian pada  beliau. Semoga kakakmu ini juga tidak mengecewakan ayah dan ibunya.
Ya, beginilah cara Yogya mengajarkan aku tentang kehidupan. Aku tidak perlu harus terus belajar dari dosen dengan gelar yang banyak, dari tokoh-tokoh penemu teknologi, dan sebagainya. Tidak. Aku bisa belajar dari banyak hal bahkan dari seorang ibu yang hanya berjualan koran. Beliau mungkin bukan artis yang dikenal banyak orang, beliau juga bukan ustadzah yang nasehatnya selalu didengar, beliau bukan seseorang yang berkedudukan tapi dari beliau aku belajar arti sebuah perjuangan, kasih sayang, usaha, ketabahan, rasa syukur dan keikhlasan.
Entahlah, percakapan itu bahkan sangat sebentar tapi mampu berbincang dengan beliau rasanya suatu kehormatan. Semoga aku bisa bertemu dengan lebih banyak orang yang memberi inspirasi yang bisa aku ambil pelajaran hidupnya.
Pelajaran dari hidup bukan hanya dari orang-orang sukses saja tapi bisa dari siapa saja, bahkan dari orang yang bahkan sedang berjuang, karena Allah menciptakan setiap insan dengan kisah yang tertata rapi untuk siap dipelajari, diambil hikmahnya dan diperbaiki kekurangannya :)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumasuki Kisah Baru 5 bulan di kota Baru

                Sejenak, waktu akhirnya menggiringku untuk mengingat kembali blog ini, haha yaya aku lama tak menyentuhnya dengan tulisan-tulisan mungil ini. Entahlah aku yang sibuk atau seolah menyibukkan diri saja ? Tugas kuliah itu banyak banget ditambah lagi kegiatan UKM yang aku ikuti. Tapi yah inilah revolusi waktu yang tetap harus aku jalani. Rasanya baru kemarin aku menulis cerita tentang mimpiku di UGM sekarang udah lagi UAS , sungguh waktu mengajak kita berjalan dengan cepat.                 Mengikuti arus kisah,,,sekarang sudah januari 2015 menandakan   4 deret angka “2014” telah tersubsitusi menjadi “2015” dan masa baru kembali dimulai. Banyak hal yang sudah aku lakuin di Jogjakarta selama 5 bulan ini, jika ini sebuah perjuangan aku tahu ini tak akan sia-sia. Sekarang aku ceritain 5 bulan yang berlalu secara cepat itu Aku aktif di 2 UKM yaitu “Balairung”, ukm untuk para pemuda berjiwa jurnalis. UKM yang menggelarkan pena-penanya untuk menelisik fakta disetiap peris

Kenangan masa kecil yang baik (Part 2)

Mendidik seperti ibu mendidik Aku suka bingung untuk melanjutkan setiap “part” kenangan masa kecilku dari mana. Inginnya sih urut, tapi menulis sesuatu yang sengaja dipikirkan dengan sistematis malah membuatku tidak menghasilkan apa-apa, selain hanya keinginan agar ceritanya urut dan tertata. Makanya, aku memilih untuk menuliskan apapun yang tiba-tiba teringat dikepalaku. Tentang masa kecilku. Kali ini tentang ibu. Tentang bapak juga banyak kok. Tapi ibuk dulu ya pak. Hehe. Mendidik seperti ibu mendidik. Banyak hal yang kelak jika aku sudah menjadi ibu, aku ingin mentreatment anakku seperti ibu memperlakukanku.  Sederhana tapi begitu berkesan bagiku hingga saat ini. Dulu ketika aku masih sekolah dari SD, SMP sampai SMA, setiap kali mau Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester dan Ujian Nasional, ibu adalah orang yang juga akan menyiapkan banyak hal, mungkin maksudku banyak keperluan. Ketika jadwal ujian keluar, pulang sekolah aku akan bilang pada ibu “Adek uji

Jogja, Wulan Pulang !

Episode 1.... Jogjakarta adalah kota yang entah darimana asalnya selalu bisa menjadikan setiap yang datang menemuinya jatuh cinta. Menemui jogja dan menjalani banyak kisah disana adalah sebuah takdir Tuhan yang paling istimewa. Begitu pula bagi Wulan dan Damar. Dua orang anak manusia yang kemudian bertemu di Jogja dan kemudian diputuskan oleh Tuhan untuk menjalani banyak cerita. Wulan Waktuku dengan Jogja sudah selesai, tempat ini sudah sangat baik mau menerimaku selama 4 tahun lebih, membangun banyak cerita. Mempertemukanku dengan banyak manusia. Jogja sungguh adalah kota yang tidak bisa lagi aku rangkai dengan kata, dia adalah rasa-rasa yang pada setiap sudutnya aku titipkan cerita. “Damar, aku akan pulang tanggal 10 Desember nanti,” akhirnya aku berani memberitahu Damar tentang rencana kepulanganku ke Sumatera. “Oh iya? Cepet banget? Katanya kamu mau tinggal disini?” hanya itu respon yang Damar katakan. “Yah, ayah menyuruhku pulang. Aku sudah selesai dengan kota ini. G