Langsung ke konten utama

Bukan penulis

Aku bingung, kenapa menulis menjadi sesuatu yang menyenangkan bagiku. Entah dengan apa dan seperti apa, menulis selalu bisa membuatku puas, lega dan senyaman mungkin dengan ceritanya. Aku selalu menganggap bahwa setiap tulisan itu romantis, dia penyampai pesan yang baik. Sayang saja, aku yang bukan penulis yang baik. Bukan penulis best seller, maksudku seseorang yang mencintai sebuah tulisan. Entahlah apakah bisa aku disebut penulis ? Belum sebenarnya tapi aku belum tau, sebutan apa yang tepat untuknya.
Akh, aku ini bilang suka menulis tapi suka enggan untuk menulis. Aku lebih banyak punya alasan malas untuk menceritakan hariku, kisahku, dan menuliskan perasaanku. Tetapi, setiap kali aku melihat banyak hal dalam sebuah tulisan aku selalu sadar menulis adalah sesuatu yang sangat menyenangkan, lagi-lagi akunya yang kurang menyenangkan.
Aku selalu ingin menulis, mempunyai banyak pembaca ceritaku, mempunyai banyak pembaca yang menyukai kisahku, dan mempunyai cara bahasaku sendiri, seperti dalam cerita-cerita dalam film atau buku romantis yang menceritakan seorang penulis.
Aku sudah sangat lama sepertinya tidak bercerita, tidak menulis, dan tidak menyentuh dunia tulisku dalam waktu yang lama. Abal-abal memang.
Darimana lagi aku harus memulai ? Dari tulisan ini ? Yang entah sebentar lagi akan tetap seperti saat ini yang tiba-tiba saja menggugatku untuk menulis. Aku takut, takut tiba-tiba aku malas lagi menulis dan harus meninggalkan keromantisan ini lagi.
Aku ingin memiliki kisah dengan tulisanku, seseorang yang bilang "aku suka tulisanmu, ayolah menulis lagi, aku akan membacanya satu per satu karena itu satu-satunya cara aku memahamimu". Aku ingin memiliki pendorong dan pengingat saat aku jenuh dalam tulisan. Seseorang yang memaksaku kembali menggerogoti waktu dengan pena, saat yang lain bilang aku adalah orang "alay" dalam bahasa modernnya.
Aduh, aku ingin terus punya semangat seperti ini. Menulis sesuatu entah penting atau tidak tapi bisa aku lampiaskan.
Tulisanku memang tak sebagus dee lestari dalam tiap detail bahasanya atau seperti habiburrahman yang hampir semua kalimatnya syarat akan makna. Tulisanku hanyalah kata yang tertulis begitu saja,tertulis karena hatiku, hati yang ingin menuliskannya. Sebuah cerita atau sekedar penyampai perasaan saja

0:05
Muara Tawar, Bekasi Utara
Di sebuah petak berdinding batu bata dan cahaya putih lampu kamar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumasuki Kisah Baru 5 bulan di kota Baru

                Sejenak, waktu akhirnya menggiringku untuk mengingat kembali blog ini, haha yaya aku lama tak menyentuhnya dengan tulisan-tulisan mungil ini. Entahlah aku yang sibuk atau seolah menyibukkan diri saja ? Tugas kuliah itu banyak banget ditambah lagi kegiatan UKM yang aku ikuti. Tapi yah inilah revolusi waktu yang tetap harus aku jalani. Rasanya baru kemarin aku menulis cerita tentang mimpiku di UGM sekarang udah lagi UAS , sungguh waktu mengajak kita berjalan dengan cepat.                 Mengikuti arus kisah,,,sekarang sudah januari 2015 menandakan   4 deret angka “2014” telah tersubsitusi menjadi “2015” dan masa baru kembali dimulai. Banyak hal yang sudah aku lakuin di Jogjakarta selama 5 bulan ini, jika ini sebuah perjuangan aku tahu ini tak akan sia-sia. Sekarang aku ceritain 5 bulan yang berlalu secara cepat itu Aku aktif di 2 UKM yaitu “Balairung”, ukm untuk para pemuda berjiwa jurnalis. UKM yang menggelarkan pena-penanya untuk menelisik fakta disetiap peris

Kenangan masa kecil yang baik (Part 2)

Mendidik seperti ibu mendidik Aku suka bingung untuk melanjutkan setiap “part” kenangan masa kecilku dari mana. Inginnya sih urut, tapi menulis sesuatu yang sengaja dipikirkan dengan sistematis malah membuatku tidak menghasilkan apa-apa, selain hanya keinginan agar ceritanya urut dan tertata. Makanya, aku memilih untuk menuliskan apapun yang tiba-tiba teringat dikepalaku. Tentang masa kecilku. Kali ini tentang ibu. Tentang bapak juga banyak kok. Tapi ibuk dulu ya pak. Hehe. Mendidik seperti ibu mendidik. Banyak hal yang kelak jika aku sudah menjadi ibu, aku ingin mentreatment anakku seperti ibu memperlakukanku.  Sederhana tapi begitu berkesan bagiku hingga saat ini. Dulu ketika aku masih sekolah dari SD, SMP sampai SMA, setiap kali mau Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester dan Ujian Nasional, ibu adalah orang yang juga akan menyiapkan banyak hal, mungkin maksudku banyak keperluan. Ketika jadwal ujian keluar, pulang sekolah aku akan bilang pada ibu “Adek uji

Jogja, Wulan Pulang !

Episode 1.... Jogjakarta adalah kota yang entah darimana asalnya selalu bisa menjadikan setiap yang datang menemuinya jatuh cinta. Menemui jogja dan menjalani banyak kisah disana adalah sebuah takdir Tuhan yang paling istimewa. Begitu pula bagi Wulan dan Damar. Dua orang anak manusia yang kemudian bertemu di Jogja dan kemudian diputuskan oleh Tuhan untuk menjalani banyak cerita. Wulan Waktuku dengan Jogja sudah selesai, tempat ini sudah sangat baik mau menerimaku selama 4 tahun lebih, membangun banyak cerita. Mempertemukanku dengan banyak manusia. Jogja sungguh adalah kota yang tidak bisa lagi aku rangkai dengan kata, dia adalah rasa-rasa yang pada setiap sudutnya aku titipkan cerita. “Damar, aku akan pulang tanggal 10 Desember nanti,” akhirnya aku berani memberitahu Damar tentang rencana kepulanganku ke Sumatera. “Oh iya? Cepet banget? Katanya kamu mau tinggal disini?” hanya itu respon yang Damar katakan. “Yah, ayah menyuruhku pulang. Aku sudah selesai dengan kota ini. G