Langsung ke konten utama

Ramadan tahun ini dan pelajaran yang berbeda darinya


Ramadan tahun ini sudah tiba, besok kita sudah akan memulai puasa. Kali ini, mungkin akan menjadi Ramadan yang sangat berbeda. Ramadan yang mungkin juga akan menjadi Ramadan terhebat. Ramadan yang akan mengajari kita sesuatu yang tidak diajarkan sebelumnya, tentang betapa bulan ini begitu menyenangkan dijalani. Begitu rindu untuk dijalani dengan sambutan yang begitu meriah.
Tahun ini, kita tidak perlu mengunjungi masjid untuk menjalankan salat tarawih. Toh, pada tahun-tahun sebelumnya, kita juga sering mengeluh karena harus menambah kegiatan dengan rakaat-rakaat salat sunnah. Toh, kita sering meninggalkannya karena urusan lainnya. Kadang kita juga geram karena imam harus membaca surat al-quran yang begitu panjang. Jadi, kali ini mungkin Tuhan memberi kita keringanan. Melalui pandemi ini, salat tarawih ditiadakan, apakah kita menjadi senang? Bukannya tahun ini pada akhirnya tidak terlalu berbeda dengan tahun sebelumnya? Kenapa kita bilang bahwa kita merindukannya?
Tahun ini, mungkin kita akan jarang mendengar suara tadarus dari toa masjid yang beramai-ramai untuk mengkhatamkan al-quran ketika Ramadan. Bukankah tahun lalu kita abai? Tahun ini, Tuhan sekali lagi memberi kita keringanan untuk tidak perlu mengaji dengan suara keras dan tidak perlu mendengar lantunan ayat al-quran terus-menerus. Apakah kamu akan rindu atau merasa tenang?
Tahun ini, mungkin juga tidak akan ada iktikaf di masjid pada 10 hari terakhir bulan Ramadan nanti. Toh, bukannya memang hanya beberapa  orang saja yang bisa melakukannya? Entah kita termasuk yang melakukannya atau tidak, yang pasti tahun ini, mungkin semua orang bahkan tak melakukannya. Tidak ada yang berbeda kan, tahun lalu kita juga tidak melakukannya.
Tahun ini, mungkin salat setahun sekali tidak akan terlaksana. Toh selama ini, bagi kita idul fitri tak lain hanya sebatas barunya busana. Kita juga menjadi sering mengeluh karena setiap hari raya kita akan mengeluarkan lebih banyak biaya. Tahun ini, Tuhan lagi-lagi meringankan kita sebab mungkin tak akan ada pamer baju hari raya. Atau harus mengelurakan uang untuk diberikan kepada anak-anak saudara yang baru belajar puasa. Tahun ini, harusnya tidak perlu lagi kita mengeluh terlalu banyak. Tapi kenapa tahun ini puasa baru saja dimulai, kita sudah risau jika idul fitri tidak dilaksanakan seperti biasanya.
Lalu apa yang berbeda?
Yang berbeda adalah perasaan-perasaan rindu yang begitu dahsyat ini. Bahwa Ramadan dan segala keramaiannya begitu berarti. Perasaan bahwa tarawih yang kadang dikeluhkan itu ternyata begitu menyenangkan jika dijalani, bahwa tadarus di masjid itu begitu syahdu meramaikan ramadan, bahwa iktikaf dimasjid begitu sangat langka didapatkan, bahwa lebaran adalah lebih dari sekadar berbusana. Ramadan kali ini mangajarkan betapa bulan begitu berarti, pun seperti yang kita tau, bulan ini begitu suci.
Tahun ini, Ramadan kita menyepi. Pedagang di pasar ramadan enggan berjualan. Tempat-tempat makan enggan memberi ruang untuk kita mebuat ramai dengan buka puasa bersama. Anak-anak kampung atau pemuda karang taruna tidak berkeliling membangunkan sahur. Ramadan kali ini mungkin ingin sepi, ingin kita bermuhasabah sendiri.
Jangan biarkan Ramadan kali ini pergi dengan berduka hati. Dia sepertinya ingin kita memaknai lebih dari tahun-tahun yang pernah terjadi. Mengajari kita bagaimana hati dan iman kita menuntun kita pada jalan yang mana? Mari jadikan Ramadan ini ramadan terhebat.
Jika  rindu salat tarawih, ada lantai selebar sajadah yang bisa kita jadikan tempat bersujud untuk melaksanakan salat sunnah tersebut. Jika kita rindu lantunan tadarus dari toa masjid, ada musaf quran yang bisa kita baca paling tidak ketika selesai melaksanakan salat. Jika kita rindu iktikaf di masjid, berdiam dirilah dirumah, beristigfar dan penuhi malam dengan ibadah-ibadah dan dzikir-dzikir panjang. Dan jika kita rindu idul fitri, berdoalah agar Tuhan masih memberi kita kesempatan untuk bertemu dengan kondisi yang lebih baik di Tahun mendatang. Katakan kepada Tuhan, terima kasih untuk pelajaran hidup yang sudah diberikan.
Semoga ramadan ini, seluruh ibadah lebih dihayati dan menjadi lebih barakah dari sebelumnya. Jangan biarkan kita lupa untuk memaknai pelajaran dari ramadan tahun ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumasuki Kisah Baru 5 bulan di kota Baru

                Sejenak, waktu akhirnya menggiringku untuk mengingat kembali blog ini, haha yaya aku lama tak menyentuhnya dengan tulisan-tulisan mungil ini. Entahlah aku yang sibuk atau seolah menyibukkan diri saja ? Tugas kuliah itu banyak banget ditambah lagi kegiatan UKM yang aku ikuti. Tapi yah inilah revolusi waktu yang tetap harus aku jalani. Rasanya baru kemarin aku menulis cerita tentang mimpiku di UGM sekarang udah lagi UAS , sungguh waktu mengajak kita berjalan dengan cepat.                 Mengikuti arus kisah,,,sekarang sudah januari 2015 menandakan   4 deret angka “2014” telah tersubsitusi menjadi “2015” dan masa baru kembali dimulai. Banyak hal yang sudah aku lakuin di Jogjakarta selama 5 bulan ini, jika ini sebuah perjuangan aku tahu ini tak akan sia-sia. Sekarang aku ceritain 5 bulan yang berlalu secara cepat itu Aku aktif di 2 UKM yaitu “Balairung”, ukm untuk para pemuda berjiwa jurnalis. UKM yang menggelarkan pena-penanya untuk menelisik fakta disetiap peris

Kenangan masa kecil yang baik (Part 2)

Mendidik seperti ibu mendidik Aku suka bingung untuk melanjutkan setiap “part” kenangan masa kecilku dari mana. Inginnya sih urut, tapi menulis sesuatu yang sengaja dipikirkan dengan sistematis malah membuatku tidak menghasilkan apa-apa, selain hanya keinginan agar ceritanya urut dan tertata. Makanya, aku memilih untuk menuliskan apapun yang tiba-tiba teringat dikepalaku. Tentang masa kecilku. Kali ini tentang ibu. Tentang bapak juga banyak kok. Tapi ibuk dulu ya pak. Hehe. Mendidik seperti ibu mendidik. Banyak hal yang kelak jika aku sudah menjadi ibu, aku ingin mentreatment anakku seperti ibu memperlakukanku.  Sederhana tapi begitu berkesan bagiku hingga saat ini. Dulu ketika aku masih sekolah dari SD, SMP sampai SMA, setiap kali mau Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester dan Ujian Nasional, ibu adalah orang yang juga akan menyiapkan banyak hal, mungkin maksudku banyak keperluan. Ketika jadwal ujian keluar, pulang sekolah aku akan bilang pada ibu “Adek uji

Jogja, Wulan Pulang !

Episode 1.... Jogjakarta adalah kota yang entah darimana asalnya selalu bisa menjadikan setiap yang datang menemuinya jatuh cinta. Menemui jogja dan menjalani banyak kisah disana adalah sebuah takdir Tuhan yang paling istimewa. Begitu pula bagi Wulan dan Damar. Dua orang anak manusia yang kemudian bertemu di Jogja dan kemudian diputuskan oleh Tuhan untuk menjalani banyak cerita. Wulan Waktuku dengan Jogja sudah selesai, tempat ini sudah sangat baik mau menerimaku selama 4 tahun lebih, membangun banyak cerita. Mempertemukanku dengan banyak manusia. Jogja sungguh adalah kota yang tidak bisa lagi aku rangkai dengan kata, dia adalah rasa-rasa yang pada setiap sudutnya aku titipkan cerita. “Damar, aku akan pulang tanggal 10 Desember nanti,” akhirnya aku berani memberitahu Damar tentang rencana kepulanganku ke Sumatera. “Oh iya? Cepet banget? Katanya kamu mau tinggal disini?” hanya itu respon yang Damar katakan. “Yah, ayah menyuruhku pulang. Aku sudah selesai dengan kota ini. G