Assalamalaikum
Seperti
janji pada post sebelumnya, aku akan menuliskan beberapa kisah spesial selama
aku di Jogjakarta pada semester 2. Tentang apa ?
Menjadi
bagian dari Jogjakarta bukanlah sebuah pilihan yang salah, kota ini luar biasa.
Kota yang punya sebutan kota pelajar, kota pariwisata, kota budaya dan kota
istimewa ini memberikan banyak pengalaman luar biasa buat aku. Terutama
kampusku, kampus yang secara pribadi (dulu) aku banggakan. Kenapa dulu ? ya
karena dulu kampus ini adalah kampus yang bagiku begitu gagah dengan namanya.
Namun sekarang setelah mengetahui beberapa problem dari kampus yang katanya
kerakyatan ini, kebanggaanku mulai luntur. Namun, terlepas dari masalah
internal kampus tersebut, nama “Universitas Gadjah Mada” tetaplah kampus yang
aku banggakan. Ya sangat aku banggakan.
Pada
bagian ini, aku tidak akan berbicara tentang studiku atau tentang nilaiku
karena begitu rumit mekanisme dan begitu sulit deretan nilai-nilai itu untuk
bisa aku peroleh, tak semudah dulu ketika masih SMA. Yah, tapi berbicara dilain
hal tersebut pengalaman organisasiku dan wujud nyataku di Fakultas MIPA UGM ini
sungguh membuatku merasa sangat beruntung bisa ditakdirkan berada di kampus
ini. Disini, jiwa sosial sangatlah dijunjung tinggi. Bersama departemen sosial
di BEM KM FMIPA UGM, aku diajarkan untuk lebih peduli kepada orang-orang yang
tidak seberuntung kita. Melalui kegiatan Kunjungan Panti (KUNTI) di salah satu
panti tuna netra di Jogjakarta aku belajar untuk selalu bersyukur atas nikmat
yang Allah berikan buat aku. Disisi terang warna-warna langit dan aktivitas
bumi aku bisa melihat dengan nyata keagungan Allah SWT. Dikegiatan kunjungan
panti ini aku diperlihatkan tentang bagaimana kebahagian itu bisa dibagikan
secara sederhana bahkan bukan hanya dengan nominal yang akan habis jika
dibelanjakan, kebahagian ternyata lebih dari sekedar itu. Meski dengan dana terbatas yang diperoleh
dari keikhlasan teman-teman FMIPA tapi kegiatan kunjungan panti ini benar-benar
sangat bermakna.
Melalui
games-games sederhana aku belajar bahwa kita hanya butuh teman untuk bisa
menjalankan kesulitan, kita akan semakin kuat jika bersama. Makan bersama
mereka membuat aku belajar tentang kenikmatan yang tidak hanya dinilai dari
makanan apa yang kita makan, melainkan bersama siapa kita makan dan bagaimana
kita mensyukuri apa yang kita makan. Melalui nyanyian-nyanyian merdu yang
mereka dendangkan, aku belajar bahwa bukan semerdu apa suatu nyanyian
dinyanyikan tapi seberapa dalam makna lagu yang ingin disampaikan. Melalui
puisi-puisi indah yang mereka lantunkan aku belajar bahwa bukan hanya dengan
diksi yang rumit pesan dalam puisi itu disampaikan tapi dengan spontan
kalimat-kalimat sederhana yang sarat akan makna itu dilisankan.
Yah,
melihat senyum-senyum mereka aku benar-benar puas. Meski hanya sebatas kegiatan
sederhana menyulut senyum pada bibir mereka itu adalah suatu keindahan.
Terkadang aku malu, ketika mereka dengan kegelapan mereka bisa melakukan hal
yang lebih dari apa yang bisa aku kerjakan dengan segala warna yang bisa aku
lihat. Mereka bahkan dengan lihai bisa bermain catur mengalahkan presiden
mahasiswa mipa (Ketua BEM), mereka bahkan bisa dengan mahir memainkan alat-alat
musik, mereka juga bahkan bisa melantunkan ayat-ayat al-qur’an dengan tartil,
bahkan hal yang lebih menakjubkan lagi mereka bisa menghafal al-qur”an. Yah aku
tertampar saat itu, aku dengan segala kelengkapan yang telah Allah berikan
bahkan masih belum bisa hafal juz 30. Mereka selalu punya kemauan dan mereka
selalu mencari cara untuk belajar. Disini aku mengerti akan hidup, aku harus
selalu bersyukur dan belajar dengan mereka adalah sesuatu yang sangat berharga.
Terima kasih telah mengajarkan aku untuk bersyukur dan terimakasih telah
membagi senyum kalian bersamaku. Karena kasih sayang, ketulusan kebahagian yang
benar-benar ikhlas adalah saat kita bisa tertawa bersama meski tak tau akan
rupa tapi kita mengenal dengan suara.
Masih
dengan kegiatan departemen sosial yang lain, ada DORAMI. Apa itu DORAMI ? Donoh
Darah MIPA. Ya ini salah satu aksi kami, meski saat itu nggak bisa ikut donor
darah karena tekanan darah kurang mencukupi serta ada anemia aku cukup puas
bisa menjadi panitia dalam kegiatan ini. Yah, meski kegiatan ini sederhana
dengan persiapan hanya dua minggu untuk menghubungi pihak rumah sakit dan
dengan dana seadanya, kegiatan ini bisa aku bilang sukses. Alhamdulillah, bisa
mengumpulkan lebih dari 60 kantong darah. Sebenarnya minat para pendonor sangat
baik hanya saja karena syarat untuk donor darah kebanyakan tidak dapat dipenuhi
jadi darah yang bisa diperoleh tidak terlalu banyak. Ini mungkin kegiatan kecil
tapi bagi mereka yang sangat membutuhkan, darah-darah yang didapat dari
kegiatan ini pasti sangat bermanfaat. Tak banyak, hanya sekantong. Semoga
tetesan-tetesan darah itu bisa menjadi pundi kehidupan baru bagi
saudara-saudaraku yang membutuhkannya. Pelajaran yang bisa aku petik dari
kegiatan ini yaitu “Jika kia tak memiliki materi untuk berbagi, maka berbagilah
dengan apa yang bisa kita bagi. Tak hanya dengan materi kita bisa berbagi,
karena terkadang apa yang kita bisa berikan selain materi lebh bermanfaat untuk
orang lain”
Semoga
aku selalu bisa melatih jiwa sosialku dan bisa mewujudkannya dalam kegiatan-kegiatan
lain. Hei tunggu ceritaku di post lain tentang kegiatan departemen sosial yang
selalu membuatku takjub ya.
Komentar
Posting Komentar