Langsung ke konten utama

Masa Jaya Bondowosoku akan ada



Assalamualaikum
Aku kembali tertarik untuk menulis sebuah topik yang menurutku cukup bagus. Tentang sebuah keinginan yang tersirat penuh penharapan pada diri tiap-tiap anak rantau. Yah, malam ini Allah menegurku dengan sangat indah lewat pertanyaan seorang teman “Jika kamu diberi kesempatan untuk mengubah kota asalmu, apa yang akan kamu lakukan ?”. Pertanyaan sederhana ini menyeret ingatanku pada mimpi yang mungkin hampir aku lupakan. Ya, sesuatu yang juga menjadi tujuan serta alasanku kuliah di FMIPA KIMIA.
Aku tersenyum sejenak, lalu aku menundukkan kepalaku. Apakah aku akan mengubur mimpi itu dengan kemalasanku, dengan perasaanku, atau sekedar dengan kesenanganku ? Sungguh ironis.
Kotaku ! Banyak orang diluar tak kenal dengan kotaku. Sekalipun tau, mereka dengan santai menyebut kotaku “Kota mati”.  Bagiku, kota kelahiranku adalah surga kecil yang belum terlihat. Aku kenalkan pada kalian tentang kotaku.
“BONDOWOSO” nama ini selalu menjadi kata yang aku tulis tepat didepan tanggal lahirku. Ya, inilah kota kelahiranku. Apa yang ada di Bondowoso ? Jujur saja jika dibandingkan kota tetangga, aku akui Bondowoso kalah maju. Apa yang membuat itu terjadi, bukankah kota itu berada pada tanah yang sama dan bernaung pada  langit yang sama ?. Yah, dari segi pendidikan mungkin bisa dibilang kota ini masih berkembang belum maju. Didaerah kabupaten, mungkin kita dengan mudah melihat remaja-remaja menggunakan seragam menuju sekolah-sekolah elit tapi coba lihat sisi berbeda jauh di beberapa desa kita akan menyaksikan pemandangan berbeda, kita akan melihat remaja-remaja sudah bekerja gadis-gadis muda sudah menikah dan menimang anak. Ada banyak faktor yang menyebabkan itu terjadi, menilai dari apa yang aku lihat aku menyimpulkan beberapa fakor yang menyebabkan hal itu terjadi :
1.      Kurangnya kesadaran mereka bahwa dengan sekolah mereka dapat mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Mereka masih beranggapan, bekerja serabutan lebih baik dibanding duduk dikelas menggunakan seragam mahal dan yang didapat hanya sebuah teori yang tak dapat direalisasikan
2.      Kemiskinan, hal ini faktor yang mungkin paling banyak. Jika di bilang bukankah sekolah sudah gratis ? Tapi coba fikirkan siapa yang berbicara itu ? Bagi orang berada membeli seragam, buku, uang saku, sepatu, tas dan lain sebagainya adalah hal yang murah tapi apakah itu sama bagi mereka yang bahkan tak tau apakah besok mereka akan dapat pekerjaan atau tidak ?
3.      Kurangnya perhatian dari kalangan intelektual baik pemerintah, mahasiswa dan kalangan intelektual lainnya. Bahkan mereka tak peduli jika mereka tak sekolah, iya kan ?
Mungkin masih banyak faktor lainnya, tapi hanya itu saja penilaianku tentang faktor rendahnya pendidikan di kotaku. Apakah menurutku pendidikan adalah faktor pertama yang membuat Bondowoso menjadi kota tertinggal ? Aku jawab “YA”. Kita kaji lebih lanjut, pendidikan yang rendah akan membuat rantai siklik yang tak akan berakhir.
Pendidikan yang rendah membuat remaja Bondowoso tidak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, mereka tidak bisa berfikir kreatif untuk menciptakan sebuah terobosan baru dalam mengembangkan usahanya disebabkan ilmu mereka yang terbatas.Dari sinilah, perekonomian mereka tidak mengalami perbaikan sebaliknya degradasi terjadi pada perekonomian mereka, akhirnya keterbatasan biaya membuat mereka tak lagi berminat untuk menyekolahkan anaknya hingga jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, karena mereka memiliki pengetahuan yang terbatas, mitos-mitos dan kepercayaan tradisional masih dipegang teguh, semisal anak gadis yang sudah berusia 17 tahun dan belum menikah artinya mereka nggak laku, sehingga para orangtua buru-buru menikahkan anak mereka padahal mereka masih memliki hak untuk mengenyam bangku sekolah. Memang tak semua masih berfikir seperti itu, tapi hanya sedikit sekali.
Aku membuat pertanyaan untuk diriku sendiri, “Sebagai seorang mahasiswa, apa yang akan aku lakukan untuk kotaku ?” ada sesuatu yang belum sempat orang lihat dari kotaku, yaitu sebuah surga kecil yang belum terlihat. Potensi Bondowoso sangat besar, dan seolah seekor singa jika dia terbangun aungannya akan terdengar diseluruh sudut hutan. Kotaku hanya butuh tangan-tangan muda yang mau bekerja untuknya, butuh nalar-nalar inteletual unuk menyumbangkan idenya untuk Bondowoso.
Kali ini, mari kita berangan-angan. Kita bentuk komunitas mahasiswa Bondowoso untuk bertaggungjawab memunculkan surga kecil itu pada mata-mata dunia agar mereka takjub. Kita bentuk komunitas, kita bikin program kerja sederhana saja dulu. Kita mulai dengan satu desa, kita targetkan awal adalah para remaja desa. Eits, jangan buat kita seolah-olah mengajarkan mereka tapi kita ajak mereka maju bersama kita. Kita ajak mereka bekerja dengan praktek tidak dengan sebuah teori layaknya penyuluhan atau apa. Kita ambil contoh, ajak para gadis-gadis desa untuk membuat kerajinan bersama, memasak makanan modern dengan bahan baku tradisional, lalu kita tampilkan sebuah suguhan yang bisa bernilai ekonomis, selanjutnya kita beri tau mereka bahwa ilmu itu kita dapat dari buku kemudian kita beri mereka buku. Sederhana bukan ? Kenapa tidak kita gerakkan. Setelah mereka tertarik dengan buku, kita ajak mereka mengenal dunia teknologi yang luas lebih dari sekedar buku “internet” selain manfaat internet kita juga beri tau mereka dampak negatif internet sehingga mereka lebih banyak mendapatkan pengethauan meski tak mengenyam bangku sekolah.
Selain itu, kenap kita tak coba untuk mempromosikn tempat-tempat indah, anugrah awal bumi Bondowoso melalui web-web atau melalui artikel sederhana yang bisa kita share di media sosial agar banyak orang takjub dengan indahnya kota Bondowoso.
Sebenarnya banyak yang bisa kita lakukan, hanya saja butuh kemauan dan niat yang besar untuk mewujudkannya. Dibutuhkan emuda-pemuda yang bersungguh-sungguh untuk bisa merealisasikannya. Aku berharap akan ada masa aku benar-benar bergerak, ya semoga selalu ada yang mengingatkanku tentang mimpi ini. Aku yakin aku bisa mewujudkannya bersama. Aamiin J



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumasuki Kisah Baru 5 bulan di kota Baru

                Sejenak, waktu akhirnya menggiringku untuk mengingat kembali blog ini, haha yaya aku lama tak menyentuhnya dengan tulisan-tulisan mungil ini. Entahlah aku yang sibuk atau seolah menyibukkan diri saja ? Tugas kuliah itu banyak banget ditambah lagi kegiatan UKM yang aku ikuti. Tapi yah inilah revolusi waktu yang tetap harus aku jalani. Rasanya baru kemarin aku menulis cerita tentang mimpiku di UGM sekarang udah lagi UAS , sungguh waktu mengajak kita berjalan dengan cepat.                 Mengikuti arus kisah,,,sekarang sudah januari 2015 menandakan   4 deret angka “2014” telah tersubsitusi menjadi “2015” dan masa baru kembali dimulai. Banyak hal yang sudah aku lakuin di Jogjakarta selama 5 bulan ini, jika ini sebuah perjuangan aku tahu ini tak akan sia-sia. Sekarang aku ceritain 5 bulan yang berlalu secara cepat itu Aku aktif di 2 UKM yaitu “Balairung”, ukm untuk para pemuda berjiwa jurnalis. UKM yang menggelarkan pena-penanya untuk menelisik fakta disetiap peris

Kenangan masa kecil yang baik (Part 2)

Mendidik seperti ibu mendidik Aku suka bingung untuk melanjutkan setiap “part” kenangan masa kecilku dari mana. Inginnya sih urut, tapi menulis sesuatu yang sengaja dipikirkan dengan sistematis malah membuatku tidak menghasilkan apa-apa, selain hanya keinginan agar ceritanya urut dan tertata. Makanya, aku memilih untuk menuliskan apapun yang tiba-tiba teringat dikepalaku. Tentang masa kecilku. Kali ini tentang ibu. Tentang bapak juga banyak kok. Tapi ibuk dulu ya pak. Hehe. Mendidik seperti ibu mendidik. Banyak hal yang kelak jika aku sudah menjadi ibu, aku ingin mentreatment anakku seperti ibu memperlakukanku.  Sederhana tapi begitu berkesan bagiku hingga saat ini. Dulu ketika aku masih sekolah dari SD, SMP sampai SMA, setiap kali mau Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester dan Ujian Nasional, ibu adalah orang yang juga akan menyiapkan banyak hal, mungkin maksudku banyak keperluan. Ketika jadwal ujian keluar, pulang sekolah aku akan bilang pada ibu “Adek uji

Jogja, Wulan Pulang !

Episode 1.... Jogjakarta adalah kota yang entah darimana asalnya selalu bisa menjadikan setiap yang datang menemuinya jatuh cinta. Menemui jogja dan menjalani banyak kisah disana adalah sebuah takdir Tuhan yang paling istimewa. Begitu pula bagi Wulan dan Damar. Dua orang anak manusia yang kemudian bertemu di Jogja dan kemudian diputuskan oleh Tuhan untuk menjalani banyak cerita. Wulan Waktuku dengan Jogja sudah selesai, tempat ini sudah sangat baik mau menerimaku selama 4 tahun lebih, membangun banyak cerita. Mempertemukanku dengan banyak manusia. Jogja sungguh adalah kota yang tidak bisa lagi aku rangkai dengan kata, dia adalah rasa-rasa yang pada setiap sudutnya aku titipkan cerita. “Damar, aku akan pulang tanggal 10 Desember nanti,” akhirnya aku berani memberitahu Damar tentang rencana kepulanganku ke Sumatera. “Oh iya? Cepet banget? Katanya kamu mau tinggal disini?” hanya itu respon yang Damar katakan. “Yah, ayah menyuruhku pulang. Aku sudah selesai dengan kota ini. G