Langsung ke konten utama

Sebelum mereka mencoba hilang



Assalamualaikum wr.wb
Nggak ada waktu untuk bisa menulis dan bercerita di blog ini, yah sungguh menyedihkan. Tapi, perlu dikaji ulang sebenarnya tidak ada waktu atau aku yang tidak memberikan waktu ? entahlah ? yang pasti mungkin sekarang ketika tugas-tugas kuliah dan kegiatan kuliah dihentikan sementara, berdiam di lampu merah untuk waktu yang cukup lama aku akan menyempatkan diri menulis kisah. Kisah apa ? entah, mungkin perjalananku di jogja selama semester 2, cerita dari sebuah perasaan (jangan baca : cinta) atau cerita selama aku pulang ke Bondowoso. Hahaha tapi mungkin yang aku ceritain late post semua ya tapi nggak papa ya baru bisa nulis sekarang ya gimana lagi, hehe
Biar postnya keliatan lebih banyak aku ceritainnya di posting beda-beda ya, di post ini aku mau bikin puisi aja tentang bagaimana menulis dan bersastra adalah kajian hidup sederhana yang mampu mengungkapkan sesuatu yang sulit diungkapkan dengan lisan.
“Sebelum mereka mencoba hilang”
Sebelum mereka mencoba menghilang
Pada angin-angin pagi yang dingin
Pada pori tanah yang gersang
Atau pada punggung api yang membakar
            Ada eja yang sulit disampaikan
            Layak pedang perang yang menghunus tapi tak sampai
            Bercak-bercak kertas yang lalu lalang tapi kosong tanpa isian
            Penunjuk waktu, kini mulai merangkak
            Menulis satu huruf menjadi kata yang ambigu
            Tersampaikan rasa meski tak mengerti makna
Sebelum mereka mencoba menghilang
Tertulis sudah jamuan indah yang bersastra meski tanpa irama
Penafsir hebat
Alam atau peristiwa yang tak sempat terlisankan
            Angin yang akan menculik rekam
            Membawa pula makna yang tak sengaja disebarkannya
            Seperti jelaga pena, disanalah makna disampaikan ganda

Komentar

  1. mau tau tentang teknik Informatikan Sini yuk
    http://icalgaptek.blogspot.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumasuki Kisah Baru 5 bulan di kota Baru

                Sejenak, waktu akhirnya menggiringku untuk mengingat kembali blog ini, haha yaya aku lama tak menyentuhnya dengan tulisan-tulisan mungil ini. Entahlah aku yang sibuk atau seolah menyibukkan diri saja ? Tugas kuliah itu banyak banget ditambah lagi kegiatan UKM yang aku ikuti. Tapi yah inilah revolusi waktu yang tetap harus aku jalani. Rasanya baru kemarin aku menulis cerita tentang mimpiku di UGM sekarang udah lagi UAS , sungguh waktu mengajak kita berjalan dengan cepat.                 Mengikuti arus kisah,,,sekarang sudah januari 2015 menandakan   4 deret angka “2014” telah tersubsitusi menjadi “2015” dan masa baru kembali dimulai. Banyak hal yang sudah aku lakuin di Jogjakarta selama 5 bulan ini, jika ini sebuah perjuangan aku tahu ini tak akan sia-sia. Sekarang aku ceritain 5 bulan yang berlalu secara cepat itu Aku aktif di 2 UKM yaitu “Balairung”, ukm untuk para pemuda berjiwa jurnalis. UKM yang menggelarkan pena-penanya untuk menelisik fakta disetiap peris

Kenangan masa kecil yang baik (Part 2)

Mendidik seperti ibu mendidik Aku suka bingung untuk melanjutkan setiap “part” kenangan masa kecilku dari mana. Inginnya sih urut, tapi menulis sesuatu yang sengaja dipikirkan dengan sistematis malah membuatku tidak menghasilkan apa-apa, selain hanya keinginan agar ceritanya urut dan tertata. Makanya, aku memilih untuk menuliskan apapun yang tiba-tiba teringat dikepalaku. Tentang masa kecilku. Kali ini tentang ibu. Tentang bapak juga banyak kok. Tapi ibuk dulu ya pak. Hehe. Mendidik seperti ibu mendidik. Banyak hal yang kelak jika aku sudah menjadi ibu, aku ingin mentreatment anakku seperti ibu memperlakukanku.  Sederhana tapi begitu berkesan bagiku hingga saat ini. Dulu ketika aku masih sekolah dari SD, SMP sampai SMA, setiap kali mau Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester dan Ujian Nasional, ibu adalah orang yang juga akan menyiapkan banyak hal, mungkin maksudku banyak keperluan. Ketika jadwal ujian keluar, pulang sekolah aku akan bilang pada ibu “Adek uji

Jogja, Wulan Pulang !

Episode 1.... Jogjakarta adalah kota yang entah darimana asalnya selalu bisa menjadikan setiap yang datang menemuinya jatuh cinta. Menemui jogja dan menjalani banyak kisah disana adalah sebuah takdir Tuhan yang paling istimewa. Begitu pula bagi Wulan dan Damar. Dua orang anak manusia yang kemudian bertemu di Jogja dan kemudian diputuskan oleh Tuhan untuk menjalani banyak cerita. Wulan Waktuku dengan Jogja sudah selesai, tempat ini sudah sangat baik mau menerimaku selama 4 tahun lebih, membangun banyak cerita. Mempertemukanku dengan banyak manusia. Jogja sungguh adalah kota yang tidak bisa lagi aku rangkai dengan kata, dia adalah rasa-rasa yang pada setiap sudutnya aku titipkan cerita. “Damar, aku akan pulang tanggal 10 Desember nanti,” akhirnya aku berani memberitahu Damar tentang rencana kepulanganku ke Sumatera. “Oh iya? Cepet banget? Katanya kamu mau tinggal disini?” hanya itu respon yang Damar katakan. “Yah, ayah menyuruhku pulang. Aku sudah selesai dengan kota ini. G